Tampilkan di aplikasi

Guru teladan di tanah pedalaman

Majalah Swadaya - Edisi 195
10 Desember 2018

Majalah Swadaya - Edisi 195

Masih banyak orang yang bercita-cita menjadi guru.

Swadaya
Asman Hatta dan Rohmat. Kedua nama itu mungkin hanya dikenal segelintir orang, tetapi jasa keduanya tak bisa diremehkan. Ya! Keduanya mampu melakukan hal-hal tak biasa dan tak mampu dilakukan orang banyak. Disaat kebanyakan orang memilih aktivitas atau pekerjaan yang dapat memperkaya diri, mereka lebih memilih “pekerjaan” untuk memperkaya hatinya.

Hatta, Pelita di Pedalaman Jambi “Alhamduillah, ada yang sudah jadi TNI, imam masjid, khatib Jumat, guru madrasah, bisa baca-tulis, berhitung. Alhamdulillah juga sebagian udah bisa baca al- Quran,” kata Asman Hatta dengan penuh bangga. Ya, Hatta, sapaan akrabnya memang patut berbangga menyaksikan orang-orang atau anak-anak yang dibinanya memiliki kehidupan layak seperti masyarakat pada umumnya.

Berbaur dengan masyarakat lain, bisa membaca, berhitung, berprestasi, dan mengenal Rabb yang menciptakan mereka adalah impian lelaki kelahiran Penyengat Olak 39 tahun lalu ini. Tahun 2002, Hatta KKN di Kampung Muaro Jambi. Saat memancing, secara tidak sengaja Hatta bertemu dengan Suku Anak Dalam (SAD). Perilaku dan penampilan “nyentrik” membuat isi kepala Hatta dipenuhi pertanyaan. Sejak pertemuan pertama itu, Hatta mulai tertarik dan mencari tahu siapa mereka sebenarnya.

Keesokan harinya, Hatta sengaja memancing di tempat yang sama dan mulai mencari tahu sosok yang mencuri perhatiannya itu. Jadi, masa-masa KKN, Hatta bukannya bertugas di kampung tetapi malah masuk ke hutan dan mencari SAD. Setelah identitas mereka diketahui, Hatta semakin bersemangat untuk mendekati mereka.
Majalah Swadaya di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI