“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebarnlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. al-Jumuah [62]: 10) Rasulullah saw adalah manusia paling mulia, suri teladan bagi kita.
Namun, walau beliau memiliki kedudukan sedemikian mulia di tengah manusia dan di hadapan Allah SWT, Rasulullah tetap bekerja. Bahkan, jika kita membaca lembar demi lembar sejarah, Rasulullah adalah sosok yang mandiri sedari belia.
Pernah bekerja sebagai penggembala yang menggembalakan ternak milik orang lain. Pernah pula bekerja sebagai pedagang barang-barang milik orang lain. Gelar ‘al-Amiin’ yang berarti orang yang terpercaya pun diberikan masyarakat di Kota Mekkah, salah satunya dikarenakan interaksi positif beliau dalam urusan perniagaan.
Maka, berbahagialah bagi siapa pun yang diberi kesempatan untuk bekerja. Kesempatan dalam arti mengaktualisasikan potensi yang dimiliki diri kita, sehingga kita bisa menjemput rezeki Allah SWT. Bekerja juga dapat bernilai ibadah. Menjadi amil zakat, infak, dan sedekah (ZIS) misalnya. Sebuah pekerjaan mulia yang diabadikan dalam al-Quran, menjadi jembatan sampainya pertolongan dan kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang. Jadi, bekerjalah dengan bahagia, agar hidup berlimpah pahala