1001 Wajah Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia masih diukur melalui satu dimensi, yakni dimensi rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (pengukuran dimensi moneter). Hal itu bermakna, Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
BPS memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar. Itu artinya, penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Padahal, kemiskinan punya 1001 wajah. Artinya, kemiskinan bukan semata terkait konsumsi atau pengeluaran, namun lebih dari sekadar kekurangan uang. Mengukur kemiskinan melalui dimensi pendapatan saja tidak cukup untuk memotret kehidupan kaum papa.
Kemiskinan itu tidak sebatas uang yang dimiliki, tetapi juga masalah kurangnya akses pendidikan, akses kesehatan, tempat tinggal, akses air bersih, dan lain sebagainya. Pendekatan multidimensi diyakini lebih mencerminkan keadaan riil kelompok miskin.
Atas dasar itu, Daarut Tauhiid (DT) Peduli menggagas program-program pemberdayaan ekonomi dengan memperhatikan aspek-aspek vital lainnya. Salah satunya dengan program pemberdayaan ekonomi untuk UMKM. Selama tiga tahun terakhir, total dana ZIS yang disalurkan senilai Rp.4,3 miliar bagi 4.450 UMKM.
Pencapaian ini insya Allah terus meningkat seiring dengan komitmen DT Peduli untuk mengatasi kemiskinan. Sinergi dari semua pihak pun jadi solusi. Mengangkat harkat hidup saudara kita yang dhuafa ke taraf lebih baik.