Berkurban Sepenuh Hati
Mengapa orang mau berkurban? Padahal ada orang mampu berkurban tapi (hatinya) tidak mau. Ada juga orang mau berkurban tapi merasa belum mampu. Sejatinya ibadah kurban adalah ujian untuk membuktikan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dia Sang Maha Pemberi apakah lebih kita cintai daripada kenikmatan dunia yang kita miliki?
Apakah pemberian Allah berupa harta berlimpah, pangkat, jabatan tinggi, keluarga dan anak-anak yang membanggakan lebih utama dari sekadar berkurban seekor kambing atau sapi? Berbahagialah bagi kita yang saat ini diberi kelapangan rezeki dan hati untuk berkurban.
Berbahagialah karena kita mampu lepas dari keterikatan duniawi, dan lebih memilih bersyukur kepada Allah atas anugerah nikmat-Nya yang begitu luar biasa dengan berkurban.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar [108]: 1-2) Penggalan ayat ini secara tersirat menyatakan salat dan kurban merupakan ekspresi syukur yang diungkapkan seorang hamba kepada Khaliknya.
Wujud syukur yang dilandasi keikhlasan sematamata mengharap rida-Nya, bukan yang lain. Semoga perayaan ibadah kurban tahun ini, Allah berikan kita kemampuan untuk menjadi hamba yang mukhlis. Hamba yang pandai bersyukur dan mereguk kenikmatan dalam beribadah.
Hamba yang mampu merasakan manisnya iman sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. Pertama, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. Kedua, mencintai seseorang sematamata karena Allah SWT. Ketiga, tidak senang kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah, sebagaimana ketidaksenangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)