Difabel Tidak Lemah
Suka atau tidak, stigma negatif masih melekat kepada orang-orang difabel. Mereka kerap dipandang sebelah mata, setidaknya di Indonesia. Berbagai anggapan miring pun mungkin menjadi ‘asupan’ sehari-hari bagi orang difabel.
Padahal, kita semua tetap sama-sama manusia. Sama-sama memiliki hak hidup yang setara tanpa adanya berbagai diskriminasi atau perlakuan buruk.
Hal inilah yang membuat difabel seringkali merasa rendah diri dan tak merasa lebih unggul daripada orang-orang non difabel. Belum lagi dukungan yang sangat minim bagi difabel di ruang publik dan akses ke pelayanan publik yang juga tak kalah sulit.
Dengan berbagai kesulitan yang mengakibatkan diperlakukan berbeda, tentu menjalani kehidupan perlu upaya ‘ekstra’ untuk mereka. Namun, sudah mulai banyak penyandang difabel yang mencoba mendobrak stigma dan anggapan buruk tersebut.
Kehadiran sosok-sosok ini membuka mata banyak orang untuk menyadari difabel hanyalah sebuah kondisi. Mereka bisa membuktikan difabel dapat menempuh pendidikan tinggi, berkontribusi di masyarakat, bisa menciptakan prestasi membanggakan, menyuarakan hak-hak difabel, bahkan menjadi sosok inspiratif bagi banyak orang.
Jadi, sadari dan pahami difabel adalah seseorang yang bukan sama sekali tidak mampu. Melainkan terbatas atau membutuhkan bantuan dalam menjalani aktivitas tertentu.