Tampilkan di aplikasi

Ruh persatuan dalam ketoprak kentrung

Majalah Swara Cinta - Edisi 95
24 Januari 2019

Majalah Swara Cinta - Edisi 95

“Perbedaan kita kelola dengan sebaiknya, salah satunya dengan seni melalui Ketoprak Kentrung.

Swara Cinta
Sebagai bentuk kepedulian terhadap budaya Indonesia, Dompet Dhuafa bersama Pondok Pesantren Kaliopak menggelar pentas Ketoprak Kentrung.

Budayawan sekaligus dalang pada pentas tersebut DR Purwadi menuturkan, Ketoprak Kentrung dengan lakon Narparini Bumi Mataram merupakan bentuk akulturasi antara budaya Jawa Timur dengan Mataram Islam. Tujuannya, lanjut Purwadi, Ketoprak Kentrung membawa pesan semangat persatuan manunggal NKRI.

“Perbedaan kita kelola dengan sebaiknya, salah satunya dengan seni melalui Ketoprak Kentrung. ketoprak adalah budaya asli Jawa Tengah sedangkan Kentrung berasal dari Jawa Timur. Ini kami satukan dalam pentas Ketoprak,” ujar Purwadi di sela-sela pentas di pendopo Ponpes Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta (13/12).

Pentas berdurasi 30 menit itu setidaknya melibatkan 20 pemain dan 6 sinden yang terdiri dari praktisi budaya, anak-anak SD hingga SMA, mahasiswa, dosen dan pegiat lingkungan.

Purwadi berujar, makna dari lakon Ketoprak Kentrung sangat bisa dan harus dipraktikan pada kehidupan sehari hari terutama pada anak-anak muda yang kini berada di tengah perubahan zaman. “Ini kearifan lokal kita. Makna cerita ini harus dipraktikkan karena mengajarkan persatuan melalui cinta, bukan perang,” jelasnya.
Majalah Swara Cinta di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI