Sidang Pembaca yang Budiman Kehangatan dan ketenteraman Ramadhan dapat dirasakan siapapun yang menghendaki ridha Allah SWT. Kebersamaan dengan Ramadhan menjadi indah apabila kita bisa menjaga spirit yang terkandung di dalamnya. Ini sebagai bukti bahwa Ramadhan yang Allah hadiahkan kepada kita tidak sia-sia.
Predikat takwa yang menjadi targetnya harus terefleksikan dalam peningkatan amal ibadah dan tekad menghidupkan semangat Ramadhan di bulan-bulan berikutnya. Ramadhan adalah sebuah keberkahan dan kemurahan dari Allah untuk umat Islam. Ramadhan tidak datang dan pergi kecuali untuk mendidik umat ini agar menjadi lebih baik dalam segala hal.
Melalui Ramadhan, kita diyakinkan bahwa setiap langkah yang berangkat dari ketaatan kepada- Nya, Insya Allah segala persoalan hidup akan dapat diatasi. Karena itu, menjaga spirit Ramadhan menjadi sebuah keharusan ketika kita menghendaki keimanan yang istiqamah dan bertahan di tengah perubahan zaman yang semakin kering dari nilai-nilai ilahiah.
Namun terkadang dalam momen Ramadhan ini, kita begitu semangat beribadah dan begitu mudah juga untuk surut meninggalkan ibadah-ibadah tersebut. Para ulama menyebut sikap tersebut dengan istilah futur dalam ibadah. Futur adalah suatu masa dimana seseorang yang sebelumnya begitu bersemangat tiba-tiba menjadi lemah, seolah semangatnya itu lenyap ditelan waktu.
Rasulullah SAW pernah mensinyalir hal tersebut; “Setiap amal perbuatan itu memiliki puncak semangatnya, dan setiap semangat memiliki rasa futur.” (HR. Ahmad). Untuk menghindari penyakit futur tersebut, Rasulullah SAW telah menasehatkan kita bahwa “Amalan yang paling dicintai adalah yang rutin walaupun sedikit.” (HR. Bukhari)