Bocor lagi, Bocor lagi
Soal kebocoran, negara ini seperti tak bisa lepas dari kebocoran. Dulu kita sering mendengar adanya kebocoran dana sehingga anggaran negara yang disalurkan tidak sepenuhnya sampai. Ibaratnya jika kita menggunakan gayung yang bocong untuk membawa air ke suatu tempat maka air yang akan sampai di tempat tujuan tidak penuh. Hasilnya dana yang dari pusat berjumlah satu miliar maka sampai kebawah bisa jadi hanya setengahnya, karena selebihnya berceceran di jalan.
Di era serba digital ini, kita berkali-kali dihebohkan olej kebocoran lagi namun kali ini yang bocor adalah data. Data masyarakat termasuk NIK nampak diperjual belikan disebuah situs gelap. Yang baru adalah kasus bocornya data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Data pelanggan, karyawan bahkan data keuangan perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. di forum hackers breached.to. Ada pula kebocoran data SIM Card beberapa operator seluler seperti Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri dan Smartfren juga muncul di forum hacker tersebut.
Di era yang serba digital ini data merupakan aset yang sangat penting karena dari data tersebut kita bisa melakukan banyak hal seperti mencari pelanggan hingga yang terburuk melakukan kejahatan seperti pencurian rekening nasabah. Lalu mengapa kebocoran data masih saja terjadi dan bukankah perlindungan data sudah dilakukan oleh banyak perusahaan. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami serangan siber sebanyak 1,6 miliar kali selama setahun. Serangan-serangan ini salah satunya adalah usaha pengumpulan informasi secara ilegal seperti yang terjadi barfu-baru ini.
Lalu ini salah siapa, tugas siapa dan tanggung jawab siapa? Susah untuk menunjuk siapa yang bersalah karena pihak pemerintah juga telah sering melakukan antisipasi termasuk BSSN yang telah berhadapan langsung dengan 1,6 miliar serangan siber. Pihak swasta juga telah memproteksi data-data pentingnya bekerjasama dengan penyedia jasa cyber security. Lalu mengapa pencurian data masih saja terjadi berulang kali. Kita sudah waspada, ada hansip, semua pintu kita kunci, bahkan ada anjing penjaga di rumah namun tetap saja kemalingan. Bisa jadi maling selalu lebih pintar dan kreatif dibanding sekuriti, namun itu tidak bisa dijadikan pembenaran atas pencurian data yang terjadi. Pemerintah harus lebih keras bekerja dan lebih profesional. Sedangkan perusahaan yang memiliki data pengting juga harus lebih kuat lagi sistim keamanannya.
Ngomongin pencurian data memang tak ada habisnya karena bisa jadi besok akan ada lagi yang kecolongan, untuk itu edisi ini kami memberikan rekomendasi wearable devisce yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan aktivitas kita sehari-hari. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Dicky Yuniarto
dicky@tplusmagz.com