Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Alfred Schutz

Pengarusutamaan Fenomenologi dalam Tradisi Ilmu Sosial

1 Pembaca
Rp 78.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 234.000 13%
Rp 67.600 /orang
Rp 202.800

5 Pembaca
Rp 390.000 20%
Rp 62.400 /orang
Rp 312.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku yang mengulas mengenai sosok Alfred Schutz, terlebih metodologinya, dapat dikatakan tidak banyak tersedia di tengah dunia akademik. Padahal, sosok Alfred Schutz merupakan salah satu tokoh penting baik dalam ranah ilmu sosial maupun filsafat. Dalam ranah filsafat, ia dikenal sebagai sosok yang mendalami tradisi fenomenologi Husserlian. Dalam ranah ilmu sosial, khususnya sosiologi, ia mendalami proyek metodologis Weber yang saat itu berupaya mengembangkan metodologi interpretatif sebagai upaya melawan kecenderungan tradisi positivisme ilmu (mengambil metodologi dari ilmu alam). Berbasis pada perjumpaannya dengan tradisi filsafat fenomenologi dan sosiologi interpretatif, Schutz mengembangkan metodologinya sendiri yang "khas" untuk memahami bagaimana hakikat tindakan sosial.

Proyek metodologis Schutz yang mencoba mengawinkan tradisi filsafat dan sosiologi interpretatif menjadi penting untuk didiseminasikan di dunia akademik secara luas. Hal ini dikarenakan selain agar para akademisi dapat belajar dari "hasil dialog" keilmuan yang telah diformulasikan Schutz sedemikian rupa (tentang fenomenologi dan tindakan sosial), secara lebih jauh para akademisi dapat belajar tentang keberanian melakukan dialog lintas ilmu yang dilakukan oleh Schutz. Pembelajaran ini penting untuk mengurai sekat-sekat keilmuan yang hingga saat ini masih mengemuka di dunia akademik (termasuk Indonesia) sehingga menyulitkan akademisi dalam satu bidang ilmu untuk belajar dari akademisi di bidang lain. Pengalaman Schutz menunjukkan bahwa tidak hanya dialog antarbidang ilmu dimungkinkan untuk dilakukan, namun melalui dialog tersebut dapat tercipta satu tawaran metodologis baru yang dapat dipergunakan oleh para akademisi lintas disiplin yang berbeda. Dengan kata lain, tanpa menghapus bidang ilmu yang sudah terbakukan, Schutz mampu membangun jembatan antara dua bidang ilmu tersebut secara elegan melalui penciptaan metodologi yang bercorak interdisipliner. Sebuah pengalaman yang sekiranya dapat menginspirasi para akademisi baik yang berkecimpung di bidang ilmu sosial humaniora, filsafat, bahkan ilmu alam sekalipun untuk terus mengembangkan dialog keilmuan di antara mereka.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhamad Supraja / Nuruddin Al Akbar

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023868421
Terbit: Februari 2023 , 238 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku yang mengulas mengenai sosok Alfred Schutz, terlebih metodologinya, dapat dikatakan tidak banyak tersedia di tengah dunia akademik. Padahal, sosok Alfred Schutz merupakan salah satu tokoh penting baik dalam ranah ilmu sosial maupun filsafat. Dalam ranah filsafat, ia dikenal sebagai sosok yang mendalami tradisi fenomenologi Husserlian. Dalam ranah ilmu sosial, khususnya sosiologi, ia mendalami proyek metodologis Weber yang saat itu berupaya mengembangkan metodologi interpretatif sebagai upaya melawan kecenderungan tradisi positivisme ilmu (mengambil metodologi dari ilmu alam). Berbasis pada perjumpaannya dengan tradisi filsafat fenomenologi dan sosiologi interpretatif, Schutz mengembangkan metodologinya sendiri yang "khas" untuk memahami bagaimana hakikat tindakan sosial.

Proyek metodologis Schutz yang mencoba mengawinkan tradisi filsafat dan sosiologi interpretatif menjadi penting untuk didiseminasikan di dunia akademik secara luas. Hal ini dikarenakan selain agar para akademisi dapat belajar dari "hasil dialog" keilmuan yang telah diformulasikan Schutz sedemikian rupa (tentang fenomenologi dan tindakan sosial), secara lebih jauh para akademisi dapat belajar tentang keberanian melakukan dialog lintas ilmu yang dilakukan oleh Schutz. Pembelajaran ini penting untuk mengurai sekat-sekat keilmuan yang hingga saat ini masih mengemuka di dunia akademik (termasuk Indonesia) sehingga menyulitkan akademisi dalam satu bidang ilmu untuk belajar dari akademisi di bidang lain. Pengalaman Schutz menunjukkan bahwa tidak hanya dialog antarbidang ilmu dimungkinkan untuk dilakukan, namun melalui dialog tersebut dapat tercipta satu tawaran metodologis baru yang dapat dipergunakan oleh para akademisi lintas disiplin yang berbeda. Dengan kata lain, tanpa menghapus bidang ilmu yang sudah terbakukan, Schutz mampu membangun jembatan antara dua bidang ilmu tersebut secara elegan melalui penciptaan metodologi yang bercorak interdisipliner. Sebuah pengalaman yang sekiranya dapat menginspirasi para akademisi baik yang berkecimpung di bidang ilmu sosial humaniora, filsafat, bahkan ilmu alam sekalipun untuk terus mengembangkan dialog keilmuan di antara mereka.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Alfred Schutz dan Kontribusinya Yang Terlupakan
Nama Alfred Schutz mungkin kurang familier di telinga sebagian akademisi dan mahasiswa. Nama Schutz mungkin kalah dibandingkan dengan nama-nama teoretikus besar semacam Max Weber, Emile Durkheim, August Comte, Karl Marx, Bourdieu, Giddens, Habermas, Foucault, dan Derrida. Bahkan mungkin juga namanya kalah pamor dengan sejumlah akademisi “asing” yang lebih familier di telinga banyak akademisi Indonesia semacam Clifford Geertz, Niels Mulder, M.C. Ricklefs, Benedict Anderson, John Rossa, Olle Tornquist, hingga Harry Poeze, dan Peter Carey akibat telaah mereka yang intens terhadap realitas sosial politik ekonomi budaya di wilayah nusantara ini. Akan tetapi, ketidaktenaran Schutz bukan berarti maknanya sang tokoh ini tidak memiliki kontribusi keilmuan yang layak untuk diambil faedahnya oleh para akademisi di Indonesia. Justru sebaliknya, tokoh ini memiliki kontribusi yang besar bagi pengembangan ilmu baik bagi dunia Barat maupun dunia non-Barat (termasuk Indonesia). Pasalnya kontribusi terpenting Schutz bukan pada data, melainkan pada metodologi—metodologi dipahami sebagai lensa dalam membaca realitas, yang juga berimplikasi pada pilihan metode khas sebagai instrumen dari lensa tersebut. Dengan kata lain, Schutz meninggalkan warisan yang sangat berharga kepada para akademisi karena melalui metodologi yang khas seseorang dapat memperoleh data yang sebelumnya bahkan tidak kita bayangkan.

Kontribusi Schutz bagi pengembangan metodologi ilmu sosial sebenarnya dapat ditelusuri hingga perdebatan “abadi” di kalangan ilmuwan sosial, yakni apakah mereka mesti menerapkan metodologi yang sama dengan rekan-rekan mereka di ilmu alam. Sebagian kalangan menolak unifikasi metodologi tersebut kemudian merancang metodologi alternatif sebagai upaya untuk keluar dari dominasi metodologi ilmu alam. Mereka berkeberatan dengan posisi sebagian rekannya yang memandang pencangkokan metodologi ilmu alam ke dalam ilmu sosial sebagai satu keniscayaan. Sejumlah akademisi yang memiliki nama besar dalam pengembangan bidang ilmu sosial, misal August Comte dalam ranah sosiologi, termasuk dalam kalangan yang mempertahankan posisi ortodoks tersebut. Di pihak lain, Schutz berposisi mendukung pengembangan metodologi alternatif bagi ilmu sosial, khususnya dalam ranah sosiologi. Schutz berhasil mengembangkan metodologi khasnya setelah bergulat dengan ide yang dikembangkan Weber dan berusaha melakukan modifikasi di sana sini berbasis pada mazhab fenomenologi yang tengah naik daun dalam ranah filsafat saat dirinya hidup.

Proses pembacaan ulang atau reinterpretasi atas ide sosiologi interpretatif yang dikembangkan Weber menjadikan Schutz sebagai salah satu tokoh besar yang mampu “mengawinkan” antara satu tradisi keilmuan dengan tradisi keilmuan yang lain (sosiologi dan filsafat). Posisi akademisnya ini bukanlah tanpa implikasi. Tercatat banyak akademisi kebingungan mengklasifikasikan sosok Schutz ini, apakah tergolong filsuf atau sosiolog. Akan tetapi, kesulitan dalam melabeli sosok Schutz itu hanya terjadi ketika seseorang memegang konsep keilmuan yang “kaku”. Ketika seseorang memandang Schutz dengan cakrawala yang lebih luas, dengan mudah ia akan mengklasifikasikan Schutz sebagai pemikir yang multi-minat dan bakat. Penilaian ini tidak berlebihan mengingat kepiawaiannya “mengawinkan” antara tradisi keilmuan yang berbeda yang kemudian dapat menjadi satu “amunisi” baku bagi kalangan yang memegang posisi anti-unifikasi metodologi untuk bertahan. Dengan kata lain, “kenyelenehan” Schutz justru berkontribusi dalam rancang bangun ilmu sosial yang dapat berposisi lebih “independen” dari pengaruh metodologi ilmu alam. Buku ini akan secara panjang lebar mengulas produk “kawin silang” antarbidang keilmuan ini yang merupakan warisan berharga Schutz pada ranah ilmu sosial, khususnya sosiologi.

Penulis

Muhamad Supraja - Dr. Muhamad Supraja menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada tahun 1993 dan Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1995, kemudian jenjang Master Sosiologi (M.Si) diselesaikan pada tahun 2001, dan jenjang doktoral pada tahun 2009 di program Pascasarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. Penulis memiliki minat pada teori-teori sosiologi, Filsafat Barat dan Islam, sosiologi agama, sosiologi pendidikan, serta ilmu sosial Profetik. Pada tahun 2010 penulis pernah mendapatkan kesempatan melakukan program sabbatical leave yang disponsori DIKTI di International Institute for Short Term Education and Sabbaticals Leaves at Al Mustafa International University (ISTES) dan Department of Sociology and Social Planning University of Shiraz, Iran.
Nuruddin Al Akbar - Nuruddin Al Akbar, M.A. Saat ini Nuruddin tercatat sebagai mahasiswa aktif program Doktoral Ilmu Politik di Departemen Politik dan Pemerintahan UGM. Selain aktivitas akademis di kampus, Nuruddin juga aktif dalam sejumlah komunitas epistemik seperti Impulse Yogyakarta & Intellectual Youth Summit (IYS). Selain itu, Nuruddin juga menjadi kontributor pada situs langgar.co dan pengajar tamu pada Pesantren Mahasiswa Bentala Insan Abadi (di bawah Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara). Penulis memiliki minat pada kajian dekolonisasi pengetahuan, teori demokrasi, cultural studies, kajian lingkungan, human security, studi gender, gerakan Islam, dan perbandingan agama.

Daftar Isi

Sampul
Renungan
Pengantar
Daftar Isi
Bab I Alfred Schutz: Potret Intelektual Kritis
     A. Kelahiran dan Tumbuh Kembang Schutz
     B. Perang Dunia I
     C. Kehidupan Pasca-Perang Dunia I
     D. Lingkaran Vienna-Mises
     E. Schutz dan Nazisme
     F. Kehidupan di AS Pascaperang
     G. Catatan Pinggir: Ilmu Sosial dan Dominasi Pemikir
Bab II Alfred Schutz dan Dunia Fenomenologi
     A. Fenomenologi: Sebuah Perkenalan
     B. Husserl dan Schutz
     C. Para Pewaris Fenomenologi Schutz
Bab III Alfred Schutz dan Pengembangan Tradisi Fenomenologis Dalam Sosiologi
     A. Sosiologi dan Debat Metodologi dalam Ilmu Sosial
     B. Schutz, Weber, dan Reinterpretasi Konsep Tindakan
     C. Dari “Grand Theory” ke Metode Penelitian Sosial:
Bab IV Penutup: Inspirasi Alfred Schutz Bagi Pengembangan Metodologi Ilmu Sosial Alternatif Di Masa Depan
     A. Kesimpulan
     B. Catatan Penting
Referensi
Indeks
Tentang Penulis