Keistimewaan wakaf merupakan salah satu amalan ibadah yang terus mengalir, walaupun orang tersebut telah meninggal dunia. Berbeda dengan amalan-amalan seperti salat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain yang pahalanya akan terputus ketika kita meninggal dunia. Keterangan ini berdasarkan hadis Rasulullah saw, “Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang selalu mendoakannya,” (HR.muslim, Imam Abu Dawud, dan Nasa’iy).
Kedudukan wakaf dalam hal ibadah tiada lain merupakan ibadah pendekatan diri, dan kepatuhan sepenuhnya terhadap Sang Khaliq. Disebutkan pula dalam al-Quran surat Al An’aam ayat ke 162, “Katakanlah. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Setiap yang hidup pasti akan me ngalami mati. Maka dari itu, setiap manusia haruslah menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati, di antaranya dengan gemar berwakaf.
Keistimewaan pahala wakaf bisa di atas namakan orang lain yang sudah tiada. “Dari sahabat Fadhl datang kepada Rasulullah sawdan bertanya, “ibuku meninggal dunia, dan aku bermaksud ingin melakukan amal kebaikan baginya. Apakah pahalanya akan bermanfaat buat ibuku? “Rasulullah saw menjawab, “buatlah sumur umum dan niatkan pahalanya kepada ibumu.”
Di masa lalu, ketika Rasulullah saw hijrah dari Makkah ke Madinah, bangunan pertama yang dibangun olehnya ialah Masjid Nabawi. Masjid tersebut dibangun di atas tanah anak yatim dari Bani Najjar yang dibeli oleh Rasulullah saw sebanyak delapan ratus dirham.Setelah dilakukan pembelian tanah tersebut, Rasulullah saw membangun masjid di atasnya, kemdian mewakafkannya.
