Siapa yang tidak mengharapkan keberkahan hidup, terutama pada harta yang dimiliki? Lalu, apa sebenarnya keberkahan itu? Keberkahan berasal dari kata ‘berkah’, yang dalam kamus al-Munnawir artinya kenikmatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berkah berarti karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.
Menurut Imam Ghazali, keberkahan adalah ziyadatul khair, artinya bertambahnya kebaikan. Sementara itu, Imam Nawawi mengatakan, keberkahan berasal dari kata berkah yang artinya kebaikan yang banyak dan abadi. Keberkahan harta atau harta yang berkah berarti harta yang membawa banyak kebaikan yang terus bertambah untuk mendekat dan meraih rida Allah SWT.
Untuk mendapatkan keberkahan harta, Islam dengan jelas memberikan aturan yang diwujudkan dalam tiga jenis filantropi, yakni zakat, sedekah atau infak, dan wakaf. Ketiganya merupakan cara menafkahkan harta di jalan Allah mendatangkan banyak kebaikan dan pahala dari-Nya.
Allah SWT berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 261)
Secara keseluruhan, ketiganya merupakan sedekah. Bedanya, zakat merupakan sedekah wajib. Siapa pun yang punya harta dan masuk aturan zakat, dia wajib menunaikan sehingga bersih hartanya. Ada hak orang lain yang harus disalurkan ke delapan asnaf. Begitu pun dengan infak. Meskipun tidak dibatasi, asal itu kebaikan, maka akan menjadi pahala di sisi Allah SWT. Tapi, keberkahan infak dan zakat berupa pahala tersebut diperoleh saat di dunia saja.
