Tampilkan di aplikasi

Ngacir berbisnis kurir ala JNE

Majalah Warta Ekonomi - Edisi 02/XXIX/2019
12 Februari 2019

Majalah Warta Ekonomi - Edisi 02/XXIX/2019

Muhamad Feriadi

Warta Ekonomi
Bisnis kurir tahun ini diperkirakan masih akan moncer. Pasalnya, banyak e-commerce yang penetrasinya terhadap bisnis ritel masih tergolong rendah, sekitar 3-4% saja. Kebiasaan masyarakat untuk berbelanja online akan menggerakkan para pemain e-commerce yang ujungnya turut mengajak pelaku bisnis kurir sebagai mitra usaha.

Kondisi itu diamini pula oleh Mohamad Feriadi, Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). JNE sendiri selain memiliki segmen korporasi, sebagian besar konsumennya adalah ritel (80%) dan sudah setengahnya bermitra dengan e-commerce.

Namun, pertumbuhan ini bisa dicapai dengan catatan perusahaan kurir bisa menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Belakangan kenaikan tarif surat pengangkutan udara (SPU) yang dilakukan oleh beberapa maskapai dinilai membebani pelaku industri kurir–saat ini berjumlah lebih dari 200. Garuda Indonesia, misalnya sudah enam kali menaikkan tarif (Juni, 1 dan 9 Oktober 2018, 1 kemudian 14 Januari 2019) dengan besaran bervariasi mulai dari angka terkecil (70%) sampai tertinggi (325%). JNE sendiri sebagai perusahaan kurir yang karakteristiknya ekspres tidak bisa menaikkan tarif sewaktu-waktu.

Perusahaan tidak bisa mencederai service evel agreement dan dikontrak dikatakan pemberitahuan penyesuaian tarif paling lambat 1 bulan sebelumnya. Kondisi tersebut membuat pengusaha e-commerce maupun end customer JNE\agak lesu. Pelaku UKM atau penjual selama ini mengirim produk Sufri Yuliardi JNE Muhamad Feriadi CEO JNE lewat marketplace maupun offline store yang menjual melalui sosial media, seperti Instagram, Facebook, dan sebagainya harus menetapkan ongkos kirim lebih tinggi.
Majalah Warta Ekonomi di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI