Zalora, e-commerce pakaian tersebar di Asia Tenggara, Hongkong dan Taiwan terus berupaya menyediakan pengalaman belanja konsumen yang semakin menyenangkan. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2012 lalu, memiliki lebih dari 30.000 katalog produk dari 500 merek lokal dan internasional.
Tantangannya, di tengah pertumbuhan yang pesat (double digit) mampukah perusahaan menghadirkan pengalaman belanja yang konsisten dari waktu ke waktu? Director of enterprise Technology Zalora, Raymond Leong menyatakan perusahaan menggunakan sistem enterprise resource planning (ERP) untuk menjalani bisnis Menjaga Ritme Di Tengah Pertumbuhan Double Digit yang tumbuh secara reliable dan scalable & industry-grade system.
Perusahaan juga menggunakan layanan teknologi yang mendukung kapabilitas operasional dan menyatukan proses agar bisa mengambil keputusan bisnis secara real-time. Sebelum mengadopsi teknologi tersebut, proses pencatatan dan penghitungan di ZALORA dilakukan secara manual. Input data seperti pendapatan, biaya produk, yang dikomputasi secara terpisah dengan sistem akuntansi perusahaan.
Bisnis perusahaan terhambat lantaran terlalu mengandalkan input dari manusia, ketimbang integrasi sistem pelaporan dan integrasi data. Tanpa solusi yang terintegrasi, informasi bisnis kerap kali terlihat silo dan tidak dilengkapi alur di antara sistem utama lainnya. Hasilnya data tidak real time, padahal ini penting untuk perencanaan dan operasional.
“Sebagai e-commerce pakain terdepan, kami membutuhkan platform yang mampu mnegautomasi dan menyatukan proses existing dengan kapasitas yang memadai bagi ekspansi bisnis dalam skala besar. Dengan insight secara realtime yang disajikan, kami memiliki visibilitas lebih baik terhadap konsumen kami dan tahu bagaimana atau kapan harus beradaptasi dengan kemauan mereka,” kata dia.
