Jepang boleh dikenal sebagai tempat mulai diperkenalkannya blockchain kepada publik dunia. Penemunya yang meski tidak banyak diketahui identitasnya, juga menggunakan nickname layaknya orang Jepang, Satoshi Nakamoto, dalam setiap kemunculannya di publik.
Namun demikian, jika sudah berbicara tentang penerapan teknologi blockchain berikut turunannya berupa cryptocurrency, boleh jadi China justru menjadi salah satu negara terdepan hingga sejauh ini. Begitu pun saat Negeri Tirai Bambu itu kini tengah tertimpa bencana wabah virus Corona yang telah merenggut ribuan korban jiwa.
Keberadaan teknologi blockchain tetap saja tak bisa dipisahkan dari dinamika yang ada di tengah-tengah masyarakat China. Terbaru, pemerintah China telah menerapkan kebijakan karantina terhadap peredaran uang kertas lamanya guna meminimalisasi potensi penularan virus Corona melalui medium kertas uang.
Dalam hal ini, pemerintah China mengandalkan transaksi non-tunai (cashless) yang untungnya sudah demikian familiar dan telah mendominasi dari total aktifitas transaksi masyarakat sehari-hari di China. Yang patut dicatat, sebagian dari sistem yang dipakai dalam transaksi cashless tersebut dibangun di atas sistem blockchain.
