Penyakit yang berhubungan dengan paruparu memang banyak dialami masyarakat Asia. Di Indonesia tidak sedikit yang terpapar penyakit tersebut, akibat gaya hidup senang merokok. Data Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Paru (RSUP) Persahabatan menyebutkan angka kasus baru kanker paru meningkat lebih dari lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Sebagian besar penderita datang pada stadium lanjut. Tak heran penyakit ini termasuk pembunuh nomor satu kaum pria dan nomor dua wanita. “Sementara, kanker paru lebih terkenal sebagai silent killer, karena gejalanya cenderung tidak muncul di awal atau seringkali malah tidak ada gejala sama sekali.
Itulah sebabnya, sangat penting melakukan medical checkup seperti rongent paru-paru. Namun, karena biasanya hasil yang terdeteksi cenderung sudah dalam taraf tidak ringan, sebaiknya lewat CT Scan. Karena lebih detail mendeteksi munculnya serangan kanker pada paru-paru,” ujar dr. Erlang Samudro, Sp.P spesialis paru dari RSUP Persahabatan.
Meskipun kanker ini identik dengan rokok, namun sekitar 20% pencetusnya akibat gaya hidup yang salah seperti ketagihan junk food dan makanan dengan kandungan karsinogen. Dia melanjutkan, “Karsinogen terbagi menjadi dua golongan, yaitu berasal dari pangan dan non-pangan.
Zat yang bersifat karsinogen dekat dengan berbagai pekerjaan tertentu, misalnya berhubungan dengan asbes. Dalam jangka panjang bisa menimbulkan risiko kesehatan dan masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi.” Dampaknya tidak bisa dilihat secara singkat, tapi dalam waktu 20-30 tahun setelah terpapar.
Yaitu dapat menyebabkan asbestosis (timbulnya jaringan parut di paru-paru), kanker paru-paru, dan mesothelioma (kanker ganas yang menyerang selaput mesothelium).
