Sebagaimana diketahui bersama bahwa ekonomi dan keuangan Islam di Indonesia telah berdetak sejak beberapa dekade silam. Tetapi secara umum tonggak ekonomi dan keuangan Islam, khususnya perbankan telah dimulai sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai banyak syariah pertama pada 1991. Di sisi non bank, ditandai dengan berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia dan PT Asuransi Takaful Umum sebagai asuransi syariah pertama.
Selanjutnya di sisi pasar modal, perkembangan bidang pasar modal syariah ditandai dengan diterbitkannya produk reksa dana syariah pertama dari PT Danareksa Investment Management pada 1997. Sejak saat itulah, industri keuangan syariah Indonesia terus berkembang dengan torehan penting lainnya. Perjalanan kondisi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, tidaklah begitu menggembirakan.
Perkembangannya cukup lambat, terlebih lagi apabila dikaitkan dengan pertumbuhan di negara serantau. Keinginan umat Islam Indonesia sendiri untuk menggunakan produk-produk keuangan syariah ternyata masih rendah. Selain disebabkan oleh kebiasaan yang membudaya selama ini dalam menggunakan produk-produk keuangan konvensional dan masih minimnya literasi produk-produk itu sendiri, juga dipengaruhi oleh kurangnya petunjuk-petunjuk dari para pemimpin negara sendiri.
Misalnya dalam hal pengurusan dana Haji Indonesia, Kementerian Agama masih saja menguruskan sebagian besarnya dana tersebut melalui Bank Konvensional. Dibandingkan dengan Malaysia yang telah mempunyai Lembaga Tabung Haji sendiri. Islamic Research and Training Institute-Islamic Development Bank (IRTI-IDB) mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi dan peluang yang sangat besar dalam pengembangan industri keuangan syariah mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
