Tampilkan di aplikasi

Pipin Arip Apilin: biarkan petani menikmati

Majalah Agrina - Edisi 303
11 September 2019

Majalah Agrina - Edisi 303

Pasokan kurang karena panen hanya dari daerah cukup air / Foto : WINDI LISTIANINGSIH

Agrina
Cabai terbilang komoditas hortikultu ra yang harganya sangat fluktuatif. Setelah cukup lama dilanda harga murah meriah sampai Rp3.000-an/ kg di tingkat petani, pada puncak musim kemarau tahun ini harga melonjak se hing ga cukup membuat konsumen “ter sengat”.

Minggu ketiga Agustus lalu misalnya, menurut Pipin Arip Apilin, di Ciamis, Jabar, harga pasaran cabai melambung hingga Rp100 ribu/kg. “Di tingkat petani, harga nya Rp45 ribu-Rp50 ribu/kg,” ungkap Ke tua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Barat tersebut kepada AGRINA.

Penyebabnya, lanjut dia, saat kemarau hanya daerah tertentu dengan sumber air cukup yang dapat menanam cabai sehing ga pasokan cabai berkurang. Selain luas lahan berkurang, produktivitas pun ren dah. Pengalaman Pipin, produktivitas sekitar 8 ton/ha, sedangkan pas penghujan bisa sampai 15 ton/ha.

“Harga cabai yang meningkat saat ini tidak dirasakan setiap hari, biarkan petani menikmatinya,” seru Pipin mewakili para petani. Ungkapan petani di Kecamatan Su kamantri, Ciamis, ini tidak berlebihan ka rena harga cabai yang melambung sejak sebulan jelang Idul Adha (Agustus) kini sudah melandai.

Konsumen di Bogor misalnya, 4 September lalu konsumen mulai menikmati penurunan harga rawit merah yang RpRp64 ribu dari sebelumnya Rp80 ribu/kg. Sebenarnya, lanjut dia, petani ju - ga tidak ingin harga mahal-mahal, asalkan jangan turun hingga Rp8.000/kg.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI