Percontohan Pengembangan Sawit Nasional di Sumsel


Menteri Pertanian, SyahrulYasin Limpo (Mentan SYL) mendorong Provinsi Sumsel menjadi daerah percontohan terbaik dalam mengelola perkebunan sawit nasional. Di antaranya dengan penggunaan alsintan dan perluasan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Selama ini PSR mampu membantu para pekebun rakyat dalam memperbaharui sawitnya menjadi berkualitas dan berkelanjutan.

Menurut SYL, sawit merupakan komoditas andalan yang dibutuhkan dunia. Karena itu, Program PSR harus diperluas ke semua sentra di seluruh Indonesia. Pemerintah bahkan telah menargetkan perluasan PSR di 21 provinsi seluas 180 ribu ha/tahun.

“Target tersebut harus kita capai dan kita sepakati bersama. Apalagi, selama ini sawit menjadi andalan negara kita untuk kepentingan bangsa dan negara,”katanya saat panen perdana PSR di Kecamatan Teluk Gelam, OKI, Sumsel (17/7).

Realisasi PSR nasional pada 2017-2022 mencapai 295.365 ha. Kemudian, tahun 2023 mencapai 68 ribu ha. Sementara, realisasi PSR di Sumsel pada 2017-2023 sebesar 59.329 ha. Panen perdana PSR tahun ini digelar di lahan 1.157 ha yang ditanam pada 2020.

Dirjen Perkebunan Kementan, Andi Nur Alam Syah menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan dalam meningkatkan sawit. Di antaranya peluncuran Taksi Alsintan Bun Sawit dengan nilai Rp3,1 miliar/paket untuk luasan 200 ha. “Paket tersebut terdiri dari 1 unit TR4 90 HP, 2 unit TR4 55 HP, 100 unit alat panen (dodos), 100 unit alat panen (egrek) dan 10 unit alat angkut panen (Crawler Dumper),” katanya. Pihaknya juga merevisi Permentan No. 3/2022 menjadi Permentan No. 19/2023 yang memudahkan pelayanan terhadap pekebun rakyat.