Ikhtisar
Sebuah buku kumpulan cerpen yang mengisahkan tentang 16 kisah-kisah dengan tema beranekaragam. Ya, penulis menjadikan kisah hidupnya sebagai tulang belulang dari sejarah dalam dunia sastra.
Kisah "Anak yang bertanya tentang Bapaknya" merupakan salah satu cerita yang menggambarkan bahwa sifat maaf memaafkan melebur dalam nadi kehidupan. Meski di luar dunia keras, namun rumah tetap sebagai ladang kasih sayang.
Kisah tentang "Burung Subversif " yang mengisahkan tentang sebuah paradok kehidupan bahwa burung-burung dilarang berkicau karena mengganggu orang lain. Namun, hal ini menyalahi takdir kehidupab, bukan?
Begitupun dengan kisah-kisah yang lainnya yang sederhana dan menarik untuk diselami.
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Untuk apa menulis? Kata Pramoedya Ananta Toer “menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Seseorang bisa terus dikenang melalui tulisan-tulisannya, namanya abadi. Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi yang meninggal pada 180 Masehi yang juga dikenal sebagai pemikir Stoisme, hingga kini masih kita dengar namanya karena ia menulis sebuah buku berjudul Meditations.
Bayangkan, sudah 1843 tahun lalu ia meninggal namun nama & gagasannya masih eksis sampai hari ini. Semua bisa terjadi karena ia menulis. Jadi, pernyataan Pramoedya di atas agaknya tak berlebihan. Lalu, untuk apa saya menulis?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ijinkan saya menceritakan sedikit perjalanan saya di dunia kepenulisan. Saya mulai menulis semenjak saya bergabung ke komunitas Kalamkopi, sebuah komunitas literasi yang didirikan oleh beberapa mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2014. Bersama Bagas Yusuf Kausan, Taufik Silvan Wijanarko, Nanang Rendi Ahmad, Eko Santoso, Amir Faizal, Tri Bagus Suryahadi dan kawan-kawan lainnya saya belajar banyak hal mulai dari persoalan gender, lingkungan, sejarah, politik, seni, kajian pascakolonial dan lain-lain. Nah, biasanya setelah mem-baca buku atau diskusi kami menuangkan ide & gagasan kami melalui tulisan.
Selain di Kalamkopi, saya juga banyak belajar di kelaskelas yang diadakan Kedai Kopi Kang Putu. Ada dua kelas yang saya ikuti yakni Kelas Esai yang diampu oleh Achiar M Permana dan Kelas Cerpen yang diampu Gunawan Budi Susanto. Kedua kelas tersebut memberi pengetahuan, pengalaman, dan per-spektif baru pada saya.
Pada akhirnya saya menyadari bahwa menulis adalah bagian dari proses belajar & berpikir. Menulis adalah media untuk menuangkan ide, gagasan, dan keresahan. Kadang kala menulis juga bisa menjadi upaya menyembuhkan diri dari luka-luka yang belum sempat terobati. Buku ini bisa terbit berkat bantuan dari berbagai pihak.
Saya berterima kasih kepada Ibu saya Siti Aminah yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Ucapan terima kasih juga saya tujukan pada Gunawan Budi Susanto dan Achiar M Permana dua orang yang saya anggap guru di bidang kepenulis-an, juga untuk Dwi Cipta dan Danang Cahya Firmansyah yang sering saya ajak diskusi tentang sastra. Tak lupa untuk kawan-kawan di komunitas Kalamkopi, Kelas Esai dan Kelas Cerpen Kedai Kopi Kang Putu semuanya terima kasih.
Kepada para pembaca; selamat membaca. Semoga tulisan-tulisan saya memberi manfaat.
Semarang, 15 April 2023
Saiful Anwar
Daftar Isi
Cover
Judul
Kata Pengantar
Ipul, Guru Sejarah yang Pencerita
Pendoa Ulung
Pak Erte
Anak Bertanya tentang Bapak
Serikat Pengamen
Midah
Puisi Markonah
Skizofrenia
Tiara dan Seorang Lelaki Tua di Stasiun
Burung Subversif
Juwita
Di Atas Becak Tua
Gadis dalam Mimpi
Laki-laki Misterius
Aku tak suka hujan
Evangeline
Tentang Penulis