Tampilkan di aplikasi

Opera radikalisasi bos bully

Majalah Eksekutif - Edisi 455
6 Desember 2017

Majalah Eksekutif - Edisi 455

Si bos bully cenderung memandang dirinya lebih baik dari orang lain.

Eksekutif
Anda kerap dibentak dan dipermalukan bos tanpa alasan? Atau, ia gemar menghardik dan mencaci maki Anda di depan bawahan? Jangankan minta maaf, “si bos” bahkan tidak sadar bahwa kelakukannya itu sungguh buruk, tidak sopan, dan menyakitkan orang lain.

Kalau pola ini berlaku berulang-ulang, tampaknya Anda mesti awas. Besar kemungkinan «bos» Anda ini bukan sekedar darah tinggi atau pemarah, tapi boleh jadi ia seorang bully yang gemar menggertak, mempermalukan, atau menakut-nakuti orang lain.

Apa definisi bully sebenarnya? Penelitian menunjukan bahwa mereka punya perlawanan yang disebabkan oleh prasangka buruk atau sejenis paranoai. Mereka selalu punya dorongan melawan orang lain, sekalipun orang yang dilawan itu tidak sedang tidak melakukan apa-apa.

Susahnya, mereka merasa ada provokasi dari orang lain yang membuat mereka bersifat agresif. Padahal tidak. Pendek kata, para pelaku bully berpendapat bahwa agresi adalah cara terbaik menyelesaikan konflik. Mereka juga punya keinginan kuat untuk berkuasa dan mendapatkan kepuasan dari melukai orang lain.

Para psikolog menyebut, perilaku mereka tidak prososial, alias tidak tahu bagaimana cara berhubungan dengan orang lain. Akibatnya, mereka tidak dapat menahan diri, tidak dapat mengerti perasaan orang lain, dan mengingkari penderitaan orang lain. Banyak cerita tentang bos bully ini.

Ada yang menelepon anak buahnya dari Paris ke Jakarta semaunya, tanpa peduli bahwa saat itu sedang tengah malam di ibu kota karena perbedaan waktu. Ada juga bos lain meminta asisten menyelesaikan uraiannya, dengan santai ia mencemarkan pendapat sang asisten itu di staf lain.
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI