Kemajuan pembangunan infrastruktur Indonesia belum ada apa-apanya dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Negara ini memang sudah lama mulai membangun, tetapi pertumbuhannya sangat lamban, bahkan tidak maju-maju. Kenyataan inilah yang menggerakkan hati pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla untuk memacu percepatan pembangunan infrastruktur.
Komitmen Pemerintah itu terlihat dari anggaran pembangunan infrastruktur yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2018 ini, menurut data BPS dan Kementerian PUPR, pasar konstruksi Indonesia diproyeksi mencapai Rp 451 triliun atau naik 3% dibanding tahun lalu.
Jumlah ini melampaui negara-negara tetangga lainnya seperti Malaysia yang hanya memiliki potensi senilai US$ 32 miliar dan Singapura senilai US$ 24 miliar. Di tingkat Asia, Indonesia berada di urutan ke empat setelah China menjadi yang terbesar, di mana pangsa pasar jasa konstruksinya memiliki potensi senilai US$ 1,78 triliun. Disusul pasar konstruksi Jepang senilai US$ 742 miliar, kemudian India US$ 427 miliar dan Indonesia senilai US$ 267 miliar.
Anggaran pembangunan infrastruktur yang makin besar itu menjadi khabar baik bagi pelaku-pelaku bisnis alat berat. Sebab, kalau budget makin meningkat, maka secara otomatis proyek-proyek infrastruktur terus bertambah yang, pada gilirannya, berdampak terhadap peningkatan kebutuhan alat konstruksi.