Era Polisi Jadi Target Terorisme. Indonesia telah mengalami serangan terorisme sejak tahun 2000. Empat serangan teror terbesar yang pernah dialami Indonesia antara lain bom Bali 2002, bom di hotel J.W Marriot Jakarta 2003, kemudian bom di Kedutaan Besar Australia di Jakarta 2004, dan bom bunuh diri kedua di Bali 2005. Dari keempat serangan bom tersebut, sasannya adalah simbol-simbol Barat. Kurang lebih 240 orang tewas menjadi korban.
Dari penyelidikan Kepolisian Indonesia kemudian memunculkan satu nama organisasi yang dianggap sebagai dalang semua serang teror di Indonesia, yaitu Jamaah Islamiyah (JI). Namun, melihat kasus-kasus terorisme tahun 2010-2015 pada tabel di atas, yang terjadi justru aksi-aksi terorisme individual atau lone wolf terrorism.
Istilah Lone Wolf Terrorism sendiri dirumuskan oleh Ramon Spaaij, yang merumuskan ciri-ciri Lone Wolf Terrorism yang antara lain: (1) dilakukan secara individu; (2) bukan merupakan bagian dari kelompok atau jaringan teroris; (3) modus operandi dipahami dan diatur oleh individu tanpa adanya komando (Spaaij, 2012:16).
Selain munculnya lone wolf terrorism, perubahan yang terjadi pada terorisme tahun 2010-2015 adalah perubahan sasaran teror. Sasaran aksi terorisme tidak lagi simbol-simbol Barat, melainkan aparat pemerintah, khususnya kepolisian, juga masyarakat sipil.
Itulah yang saat ini dilakukan oleh para terduga teroris. Sel-sel tidur jaringan terorisme bangkit. Polisi menjadi target mereka. Mengapa orang-orang itu begitu tega dan brutal? Apa salah polisi?