Belakangan, musibah demi musibah menimpa. Ajal terasa begitu dekat akhir-akhir ini.
Angka kematian terus meningkat. Satu persatu sahabat, keluarga, hingga para tokoh dan ulama tumbang secara bergantian.
Tak jarang dalam satu musibah, ada keluarga yang wafat bersamaan atau dalam rentang waktu yang begitu dekat. Ini tentu peristiwa yang mengharukan, bahkan satu drama yang memilukan hati.
Betapa perihnya hati keluarga yang ditinggalkan. Orang lain yang membaca atau mendengar berita itu saja rasanya akan teriris hatinya.
Namun demikianlah kehidupan manusia. Ia ditakdirkan penuh warna. Tidak cukup dengan satu warna, sebab itu membuat hidup manusia menjadi monoton.
Ibarat pelangi, dia indah justru dengan banyaknya lengkungan warna yang hadir di ujung langit sana. Ada bahagia dan sedih yang akan datang secara bergantian. Ada kemudahan yang boleh jadi dibalut dengan kesulitan.
Bagi orang beriman, hal seperti ini penting untuk selalu diulang-ulang. Setidaknya sebagai halte persinggahan. Menepi sejenak dari perjalanan panjang yang meletihkan. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup manusia diciptakan di dunia ini.
