Lompatan Digital Indonesia. Indonesia ternyata belum siap membasiskan perekonomiannya pada pemanfaatan aplikasi. Merujuk pada Application Economy Index 2016 yang dirilis satu vendor teknologi baru-baru ini, Indonesia terseok di urutan terakhir dari sepuluh negara di kawasan Asia Pasifi k dan Jepang. Bukankah Indonesia termasuk sepuluh besar negara dengan pengguna terbanyak Facebook? Di tahun lalu, InMobi menyebut Indonesia disebut sebagai salah satu app download capital di dunia, bahkan mengungguli Amerika dan Tiongkok dalam hal mengunduh aplikasi. Lalu mengapa kita dinilai belum siap?
Ternyata untuk mengembangkan ekonomi berbasis aplikasi dibutuhkan lebih dari sekadar keunggulan mengunduh aplikasi. Dari beberapa paramater yang digunakan untuk mengukur kesiapan setiap negara menghadapi ekonomi aplikasi, Indonesia ternyata memperoleh skor rendah hampir di semua parameter, misalnya parameter inovasi dan kecepatan rata-rata koneksi mobile internet. Sementara itu, gara-gara munculnya layanan transportasi (umum) berbasis aplikasi, pada pertengahan bulan lalu ratusan sopir taksi melakukan aksi demo dan menyerukan pelarangan layanan tersebut. Apakah ini juga satu refl eksi ketidaksiapan kita menghadapi era ekonomi aplikasi, bahkan ekonomi digital?
Mau tak mau, kita memang harus bersiap diri. Dalam sebuah acara diskusi santai di kantor redaksi Kompas.com beberapa waktu lalu, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memaparkan serangkaian program yang telah disiapkan pemerintah berkaitan dengan hal tersebut. Salah satunya adalah menggelar infrastruktur broadband/4G secara lebih merata di seluruh Indonesia. Misalnya, melalui penyelesaian program Palapa Ring di tahun 2019 yang akan memperluas sekaligus mengatasi ketimpangan akses internet di Indonesia.
Program lain adalah mendorong Indonesia menjadi “The Digital Energy of Asia” melalui enam inisiatif: fokus pada UKM, penyiapan roadmap e-commerce yang terdiri atas 31 inisiatif dari delapan kementerian dan lembaga pemerintah, kebijakan yang ramah terhadap penanaman modal asing, aksi memfasilitasi akses pendanaan untuk digitalisasi UKM dan perusahaan rintisan melalui Kredit Usaha Rakyat, penyediaan exit strategy yang mudah dan atraktif, dan adopsi kebijakan yang pro-inovasi.
Dengan aneka program itu ditunjang beberapa faktor pemercepat yang kita miliki, rasanya kita boleh optimis untuk menjadi “macan digital” di Asia. Bahkan menurut Market Potential Accelerators (MPA) yang disusun bersamaan dengan Application Economy Index tadi, kita berpeluang besar melompat tujuh posisi ke peringkat ke-3. Ayo!