Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

BAGAIMANA mungkin pondok tempat kalian menuntut ilmu, mengajarkan terorisme. Tidak mungkin. Sangat tidak masuk akal. Adakah di luar kebaikan yang diajarkan guru-gurumu? Tidak mungkin. Sangat tidak masuk akal.

Pondok-pondok kalian adalah lembaga yang terbuka, terhormat. Siapapun, dari mana pun asalnya, apapun afiliasi politiknya, tak terlarang masuk ke pondok kalian, belajar bersama-sama. Pondok kalian bukan lembaga eksklusif. Di sana kalian belajar tentang pendidikan keagamaan, pengajaran kehidupan, dan sudah pasti tak ada yang mengajarkan terorisme.

Bagaimana mungkin pondok kalian bersentuhan dengan teorisme jika setiap ada pesta demokrasi, para calon pemimpin berlomba-lomba mendatangi kyai-kyai kalian? Dari bakal calon presiden, gubernur, bupati, hingga wali kota. Lihatlah, betapa berpengaruhnya guru-guru kalian, kyai kalian.

Bahkan, ketika mereka sudah terpilih, dan mereka melupakan kalian, kalian yang ada di pondok pun tak beraksi negatif, apalagi radikal. Kalian, adek2 tersayang, diajarkan untuk menerima perlakuan dan janji, dengan keikhlasan.

Adek2 santri tersayang, jika kalian merasa tersinggung, bahkan marah, ada yang “menyerempetkan” kalian –dalam bentuk tulisan, foto, meme, dan sebagainya—dengan tindakan radikal, kami bisa memahaminya. Kami meyakini seyakin-yakinnya, pondok kalian adalah pondok yang damai. Tapi, kalian pantas marah jika ada yang “menyerempetkan” yang bukan-bukan.

Rasanya, tak pernah kami dengar, lulusan pondok, seperti kalian suatu ketika juga akan lulus, melakukan aksi terorisme. Kalau pun ada, tak bisa dipukul rata. Hanya mungkin ada segelintir yang dalam perjalanannya tersesat. Itupun kalau ada.

Pengecualian-pengecualian Itu bisa terjadi di mana-mana. Wakil rakyat kita mewakili yang baik-baik. Tapi, ada juga satu-dua –orang menyebutnya oknum—yang justru menjahati rakyat, mencuri uang rakyat, misalnya. Tapi, bukan gejala umum. Satu-dua. Di mana-mana, hal semacam itu juga terjadi.

Kami paham, kalian, adek2 santri tersayang, diajarkan untuk kebaikan. Tapi, kami juga mengerti jika kalian marah bila menyangkut harga diri kalian. Bagi kita manusia, harga diri berada di atas segala-galanya.

Maka, kami mendukung langkah hukum yang kalian ambil. Sekali-sekali, pendengung-pendengung berisik yang merusak udara demokrasi kita itu, perlu juga dikasih pelajaran. Silahkan mendengung, tapi jangan sampai menyepelekan pihak lain.

Adek2 santri tersayang, lanjutkanlah perjuangan kalian. Perjuangan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, perjuangan menegakkan keadilan dan harga diri kalian. (*)

Juli 2020