Komunitas Jejak Petjinan lahir dari acara Melantjong Petjinan Soerabaia (MPS). Komunitas ini, punya keinginan menelusuri jejak Tionghoa di Indonesia, baik yang masih ada ataupun yang sudah terkubur oleh jaman dan tidak ada bekasnya lagi.
Pertanyaan banyak muncul, apa itu, “Melantjong Petjinan Soerabaia”? Singkatannya, MPS, yakni wisata budaya. “Dengan harapan memberikan wawasan pada peserta tentang sejarah dan budaya masyarakat Tionghoa, pada sejarah kota Surabaya,” ujar Paulina Mayasari, penggagas MPS pada majalah eksekutif.
”Ingin memperlihatkan bahwa begitu uniknya Tionghoa di Indonesia,” jelasnya. “Ya, hanya ada di Indonesia, dan sudah jadi bagian dari bangsa Indonesia,” ia menegaskan. Komunitas Jejak Petjinan telah mengadakan melantjong atau wisata budaya petjinan sebanyak delapan kali.
Enam kali di Surabaya, sekali di Tuban, Mei di Jakarta, dan akhir Juli ke Madura. Kegiatan komunitas ini, banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bahkan MPS pernah memenangkan Marketplace of Ideas Application Awards, dari United Nations Alliance of Civilizations (UNAoC), di Rio Forum, di Rio de Janeiro, Brazil.
Penghargaan ini diberikan sebagai salah satu inisiatif masyarakat untuk meredakan ketegangan etnis, agama dan budaya. Melantjong Petjinan akan diadakan di kota-kota lain. “Komunitas ini berteori pecinan di setiap kota tentunya menawarkan pengalaman budaya berbeda,” ujar perempuan yang dipanggil Maya.
Majalah Matra di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.