“Horor!” komentar pendek sang fotografer NOVA saat mau memotret Dian Sastro. Ups! Mengapa bisa begitu? Bisa jadi sang rekan kami itu merasa bahwa Dian Sastro bukan saja terkenal dan cantik, tapi juga angkuh, galak, seram serta rentetan kata sifat yang tak sedap lainnya.
Tapi, begitu Dian Sastro muncul di pintu ruang redaksi, Kamis (6/9) lalu suasana yang semula dingin, mendadak jadi hangat. Dengan santai Dian menyapa seisi ruangan. Dia tampil santai dengan gaya andalannya, celana hitam, sepatu kets putih, dan baju kuning bertuliskan judul film terbarunya, Aruna dan Lidahnya.
Siang hari itu, Dian datang bersama dengan Hannah Al- Rashid untuk pemotretan kaver dan ngobrol-ngobrol soal film terbarunya itu. Begitu berhadapan dengan kamera, keluarlah aslinya Dian. Galak? Oo.. bukan. Tapi, terlihat dia begitu “menguasai” sorotan lensa kamera. Jelas saja, entah sudah berapa ribu kali dia berpose di depan kamera.
Bahkan saat tampil bersama Hannah, Dianlah yang menyesuaikan pose Hannah untuk mendapat hasil foto terbaik. Tapi mengapa perempuan dengan nama lengkap Diandra Paramita Sastrowardoyo ini merasa orang berpikir terlalu berlebihan tentang dirinya?
“Mereka tuh kayak udah punya persepsi yang terlalu heboh tentang Dian Sastrowardoyo karena nama brand itu. Dian Sastro itu kayak bukan nama gue lagi. Kayak itu nama siapa, orang yang gue enggak kenal. Karena terlalu banyak disebut, terlalu over used, gue enggak ngerasa belong to that name anymore,” ungkap Dian.
“Ya gue Dian aja. Dan kalau orang ngomongin Dian Sastro tuh itu siapa, ya? Bukan gue? Jadi kayak ngomongin sesuatu yang terpisah dari diri gue. Dan mungkin karena nama itu udah terlalu lama mereka dengar, dari zaman berapa sampai sekarang, mereka jadi mikir persepsi kesannya gede banget, gimana banget,” sambungnya.
