Keberanian mengambil risiko memang dibutuhkan seorang pembalap, bahkan sampai saat akhir-akhir lomba sekalipun. Seperti yang ditunjukkan para pembalap formula E pada ronde ke-7 di jalan raya kota Roma, italia (13/4). Contohnya Stoffel Vandoorne (HWA Racelab). Mobil yang dipacunya punya masalah transmisi dan kejadian ini dialami ketika memasuki menitmenit akhir balapan usai.
Namun ia tetap meneruskan balapan dengan kesulitan untuk berakselerasi. Sampai balapan memasuki lap terakhir, ia hanya menjaga posisi agar tidak disusul oleh Robin Frijns (Envision Virgin Racing) yang memburu di belakangnya.
Strategi. “Hal yang saya lakukan adalah upaya terakhir untuk meraih podium. Sebab gagal mendapatkannya saat di Hong Kong itu cukup membebani pikiran saya beberapa hari setelah balapan. Risiko itu saya lakukan demi podium kali ini,” ucap Vandoorne. Makanya tak heran setelah melewati garis finish, mantan pembalap McLaren F1 itu langsung menepikan mobilnya karena ia merasa mobilnya sudah lebih sulit dikendalikan.
Demikian juga dengan Mitch Evans (Panasonic Jaguar Racing) yang berisiko mobil kehabisan daya sebelum finish. Padahal cukup lama Evans memimpin balapan, sampai di pengujung 45 menit ia diminta untuk melambatkan mobilnya. Perintah tersebut didengarnya melalui radio tim. Alasannya agar mobil melewati garis akhir di atas 45 menit dan langsung masuk ke satu lap tambahan.
“Tapi saya sedang dikejar oleh Andre Lotterer (DS Techeetah FE Team) kalau saya melambat, risikonya adalah kehilangan posisi pertama dan akan lebih sulit mengejar saat baterai mobil sudah menipis. Makanya saya tetap melaju tanpa menghiraukan permintaan tim,” Evans menjelaskan. Benar saja, saat ia melintas, waktu masih belum genap 45 menit dan artinya ia harus melanjutkan dua putaran tambahan untuk selesaikan balap dengan baterai yang mulai menipis.
