Metodologi Konstruktif Riset Akuntansi Membumikan Religiositas
Jadi, buku ini akan membahas “kuasa” yang seharusnya mengubah dunia, yakni kuasa yang tidak terpasung pada sekadar perebutan materi; kuasa yang tidak berwacana namun beraksi konkret untuk umat. Orang-orang yang memiliki “kuasa” seharusnya memahami keinginan sang Maha Kuasa. Inilah orangorang yang menjadi manusia sejati karena selalu ingat dan sadar akan jati dirinya sebagai hamba Tuhan. Inilah orang-orang yang paham akan esensi kemanusiaan.
Entah mengapa bagi saya dan sepanjang yang saya alami, sebagian besar penelitian [kualitatif] menuntut seluruh aspek kemanusiaan peneliti; hingga akhirnya memanusiakan peneliti. Tentu ini karena pada sebagian besar penelitian itu, penelitilah yang harus mengoleksi data dari manusia, di mana dalam prosesnya ia harus berinteraksi dengan manusia, ia harus menangani emosi, tidak hanya emosi manusia lain, namun juga emosi dirinya sendiri, mengolah data sebagai manusia, dan menyajikannya sebagai kisah manusia. Penelitian [kualitatif] pada akhirnya akan mampu memanusiakan peneliti.
Nah, saya tahu apa yang Anda pikirkan.
Anda berpikir, “kalau demikian, penelitian [kuantitatif] tidak mampu memanusiakan peneliti”. Lalu sebagian dari Anda, para pencinta penelitian [kuantitatif], akan marah.
Sebentar, hold your horses… Jika itu yang Anda pikirkan, berarti Anda terjebak dengan realitas dikotomis; Hitam-Putih, Kiri-Kanan, Terang-Gelap, sehingga seakan tidak boleh ada spektrum warna dan tak ada realitas antara. Padahal sedari tadi, saya tidak memberikan pernyataan entang penelitian [kuantitatif] apapun. Bahkan sebenarnya, saya sudah tidak percaya lagi dengan dikotomi kualitatif-kuantitatif yang semakin menjauhkan kita dari kesatuan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu pula, buku ini tidak lagi menggunakan embel-embel “kualitatif” dalam judulnya.
Menariknya, justru kemarahan akibat mindset inilah yang seringkali saya hadapi. Banyak letupan emosi terjadi (saat saya diminta mengisi pelatihan-pelatihan penelitian kualitatif) atas simpulan berbasis persepsi masing-masing, bukan karena pernyataan yang saya buat. Oleh karena itu, sebelum membaca buku ini mohon ingat pesan saya: sebisa mungkin lepaskan dulu diri Anda dari persepsi-persepsi yang membentuk realitas Anda saat membaca buku ini. Jangan khawatir, insyaAllah saya hanya akan mengajak Anda berdialog tentang Tuhan dan kesatuanNya dengan Metodologi Penelitian dalam buku ini.
Bagaimana penelitian [kualitatif] telah memanusiakan saya (dari pengalaman pribadi) menjadi salah satu pembuka buku ini yang memfokuskan pembahasan pada hal yang mungkin kadang terlewatkan di beberapa buku metodologi penelitian [kualitatif]: sang Peneliti [Kualitatif] sendiri. Selebihnya, buku yang berjudul “Metodologi Konstruktif Riset Akuntansi: Membumikan Religiositas”, sesuai klaim napas “kritis” yang saya paparkan tadi, akan membahas metodologi konstruktif atau peubah yang dapat dilakukan untuk riset akuntansi atau riset ilmu sosial lainnya. Bab demi bab akan mengajak Anda untuk mengeksplorasi landasan filosofis hingga teknis berbagai pendekatan konstruktif religius.
Khususnya sebagai pembanding pemikiran kritis/konstruktif non-religius Barat yaitu Political Economy of Accounting, saya memperkenalkan pemikiran konstruktif/revolutif religius Buya Hamka.
Ikhtisar Lengkap
Penulis:
Ari Kamayanti
Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786027419773
Terbit: Januari 2016
, 264 Halaman