Ikhtisar
Bromocorah merupakan kumpulan cerita pendek yang mengasyikan akan tetapi juga dapat dibaca sebagai cermin kenyataan manusia dan masyarakat di Indonesia yang kurang terbuka atau sama sekali tidak terbuka, jika salah seorang anggota masyarakat yang telah dianggap mempunyai cacat, maka seakan seumur hidupnya harus terus-menerus dengan beban cacatnya itu.
Dalam cerita pendek Bromocorah ini merupakan pesan utamanya. Padahal hal yang demikian sebenarnya mengingkari kemampuan manusia untuk selalu memperbaiki dirinya. Seseorang yang telah berdosa, jika dia minta ampun dengan bersungguh-sungguh masih akan diampuni oleh tuhan. Hal ini jelas terungkap dalam cerita pendek Bromocorah, yang dipergunakan juga menjadi judul buku ini.
Ada dua belas cerita pendek yang dirangkum oleh Mochtar Lubis dalam buku ini, dan semuanya telah ditulis dengan kepekaan yang besar dan ketajaman pengamatan terhadap manusia dan masyarakat Indonesia.
Pendahuluan / Prolog
Bromocorah
Dia bangun pagi-pagi benar dan keluar diam- diam dari kamar tidur, meninggalkan istrinya yang masih tidur tanpa membangunkannya. Dia telah terlatih untuk bergerak diam-diam tanpa bunyi. lni adalah sebuah kemahiran yang harus dimilikinya dalam pekerjaan. Dia membuka pintu kamar perlahan-lahan, juga tanpa bunyi, mengambil celana dan baju hitamnya, serta ikat pinggang besarnya, yang teronggok di atas bangku dekat pintu, mengenakan sandal kulitnya, dan menutup pintu kembali. Ketika melangkah ke belakang, dia memandang ke balaibalai di kamar tengah dan melihat anak lelakinya yang berumur delapan tahun masih tertidur, berselimut sampai ke kepala di dalam sarung.
Dia membuka pintu belakang, dan mencuci muka dengan air dalam tempayan besar di depan dapur. Cepat dia berpakaian, kemudian melangkah cepat ke luar desa. Hari masih amat pagi, waktu Subuh pun belum tiba. Desa masih tidur. Tak seekor anjing pun menyalak ketika dia lewat. Mereka semua kenal padanya. Dia melangkah cepat menyeberang sungai kecil di pinggir jalan, memanjat pematang sawah di pinggir sungai dan meniti dengan cekatan di atas pematang sawah yang sempit.
Sawah berlapis-lapis meninggi di punggung bukit. Kabut pagi masih rendah di puncak-puncak bukit dan angin pagi bertiup dengan lembut. Dia menghirup udara dalam-dalam, menahan napas beberapa lama dan kemudian, mengembuskan udara ke luar dari paru-paru, hingga paru-parunya terasa kosong. Sambil melakukan demikian, dia terus melangkah dengan kuat dan teratur menyesuaikan langkah dengan keluar-masuknya napas.
Dia merasa darahnya mengalir panas, jantungnya memukul kuat, dan otot-ototnya mulai kendur dan panas, kekakuan badan setelah tidur satu malam mulai hilang dari badannya. Ketika tiba di sebuah tegalan yang rata dengan puncak bukit, dia berhenti di tengah dan melihat berkeliling.
Daftar Isi
Cover
Daftar isi
1. Bromocorah
2. Abu Terbakar Hangus
3. Hati yang Hampa
4. Pahlawan
5. Uang, uang, uang, hanya uang
6. Wiski
7. Dara
8. Dukun
9. Hidup Adalah Sebuah Permainan Rolet
10. Rekanan
11. Gelas yang Pecah
12. Perburuan
Tentang Penulis