Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kisah Sosiologi

Pemikiran yang Mengubah Dunia dan Relasi Manusia

1 Pembaca
Rp 87.000 31%
Rp 60.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 180.000 13%
Rp 52.000 /orang
Rp 156.000

5 Pembaca
Rp 300.000 20%
Rp 48.000 /orang
Rp 240.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kisah Sosiologi merupakan rangkuman teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer yang diwakili oleh lima belas pemikir utama, yaitu Durkheim, Marx, Weber, Simmel, Parsons, Bauman, Giddens, Bourdieu, Foucault, Said, Spivak, Goffman, Habermas, Etzioni, dan Berger. Dengan memuat ilustrasi wajah para tokoh serta pendekatan Bahasa sederhana dan reflektif, buku ini mengajak pembaca untuk memahami pemikiran-pemikiran sosiologi dan makna relasi dalam kehidupan personal.

“Kisah Sosiologi merupakan rangkuman yang sangat baik dari pemikiran para perintis serta tokoh terkemuka sosiologi dan ilmu social yang dapat memicu rasa ingin tahu dan mendorong pembaca untuk mengkaji karya tulis para tokoh tersebut.” – Profesor Emeritus Kamanto Sunarto (Dosen Sosiologi FISIP UI)

“Diawali dengan ilustrasi kehidupan nyata, pemaparan asumsi dasar, penjelasan teori, buku ini juga dilengkapi dengan refleksi dan pertanyaan yang menjadikannya istimewa agar para pembaca dapat merefleksikan realitas kehidupan dan mengembangkan keingintahuan lebih jauh.” – Dr. Indera Ratna Irawati Pattinasarany (Dosen Sosiologi FISIP UI)

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Kevin Nobel Kurniawan

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024339104
Terbit: Desember 2020 , 304 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Kisah Sosiologi merupakan rangkuman teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer yang diwakili oleh lima belas pemikir utama, yaitu Durkheim, Marx, Weber, Simmel, Parsons, Bauman, Giddens, Bourdieu, Foucault, Said, Spivak, Goffman, Habermas, Etzioni, dan Berger. Dengan memuat ilustrasi wajah para tokoh serta pendekatan Bahasa sederhana dan reflektif, buku ini mengajak pembaca untuk memahami pemikiran-pemikiran sosiologi dan makna relasi dalam kehidupan personal.

“Kisah Sosiologi merupakan rangkuman yang sangat baik dari pemikiran para perintis serta tokoh terkemuka sosiologi dan ilmu social yang dapat memicu rasa ingin tahu dan mendorong pembaca untuk mengkaji karya tulis para tokoh tersebut.” – Profesor Emeritus Kamanto Sunarto (Dosen Sosiologi FISIP UI)

“Diawali dengan ilustrasi kehidupan nyata, pemaparan asumsi dasar, penjelasan teori, buku ini juga dilengkapi dengan refleksi dan pertanyaan yang menjadikannya istimewa agar para pembaca dapat merefleksikan realitas kehidupan dan mengembangkan keingintahuan lebih jauh.” – Dr. Indera Ratna Irawati Pattinasarany (Dosen Sosiologi FISIP UI)

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Relasi dan transaksi serta ketegangan makna di antara keduanya adalah hal penting yang perlu dipahami dan didalami bila kita hendak mengkaji sosiologi secara lebih tepat dan benar. Demikianlah salah satu tujuan utama dari buku Kisah Sosiologi karya Kevin Nobel Kurniawan. Buku ini secara ringkas, padat, dan reflektif membahas mengenai pemikiran dari para pemikir utama teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer serta teori-teori sosial.

Sangat unik dan kaya pemahaman, buku ini mencoba untuk membantu para pembaca, khususnya para mahasiswa yang berminat pada teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial, untuk lebih berpikir secara sosiologis melalui kajian terhadap pemikiran-pemikiran utama dari para pemikir. Keunikan dari buku ini adalah adanya bagian refleksi di setiap bab yang sangat kaya akan pemahaman dan pemaknaan.

Berpikir secara sosiologis bisa dimaknai juga sebagai berimajinasi secara sosiologis. Berimajinasi secara sosiologis seperti yang pernah dikemukakan oleh C. Wright Mills berarti mencoba untuk mengaitkan urusan-urusan pribadi dengan isu-isu publik. Buku ini telah dengan sangat tepat dan khas berhasil mengaitkan apa yang dianggap pribadi (personal) dengan apa yang dianggap sebagai isu-isu publik (public).

Belajar tentang teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial pada saat bersamaan adalah mencoba untuk melihat apa yang berada di balik gejala-gejala sosial yang kasat mata (to look beyond the obvious). Secara efektif, buku ini berhasil membuat kita bukan hanya memahami, tetapi juga terpicu untuk mencoba melihat apa yang berada di balik apa yang tampaknya nyata.

Sosiologi adalah disiplin ilmu yang cenderung empiris dan positivis. Akan tetapi, teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial pada dasarnya sarat dengan makna filosofis. Seorang mahasiswa sosiologi dan juga seorang sosiolog yang sungguh peduli secara keilmuan dan sekaligus secara sosial perlu terus-menerus secara konsisten mengkaji dan mendalami penelitian empiris dengan memaknainya secara konseptual dan teoretis. Inilah ketegangan dan kontestasi yang perlu dihadapi terus-menerus oleh para mahasiswa sosiologi dan para sosiolog.

Buku ini dimaksudkan sebagai sarana untuk “wisata intelektual”, khususnya “wisata pemikiran sosiologi” bagi para pembaca, terutama para mahasiswa. Dalam hal ini, penulis telah dengan sangat baik berhasil memaparkan dan menjelaskan para pemikir lengkap dengan konsep kunci, asumsi dasar, refleksi, dan pertanyaan. Mungkin yang perlu dilengkapi adalah berlandaskan kriteria apa para pemikir dan pemikiran mereka yang dipilih untuk dimasukkan ke dalam buku ini.

Harapan dari penulis adalah para pembaca bukan hanya bisa mendapatkan manfaat dan inspirasi dari pemikiran para pemikir ini sehingga bisa tetap relevan di dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga bisa menimbulkan rasa keingintahuan (curiosity) dan pemikiran yang lebih reflektif. Semoga harapan penulis bisa menjadi kenyataan bagi semua yang membaca, termasuk tentunya para mahasiswa.

Berpikir dan berimajinasi secara sosiologis adalah salah satu jalan yang tepat untuk bisa berinteraksi dan bertindak secara sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Selamat pada Saudara Kevin Nobel Kurniawan untuk penerbitan buku pertamanya ini. Sangat berguna dan sekaligus reflektif dan imajinatif.

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Kata pengantar
Prakata
BAB 1: Emile Durkheim: Solidaritas
     Asumsi Dasar
     Fakta Sosial
     Solidaritas Sosial
     Disintegrasi Sosial
     Moralitas dan Solidaritas
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 2: Karl Marx: Kelas
     Asumsi Dasar
     Determinisme Ekonomi
     Kelas Sosial dan Komodifikasi
     Sosialisme, Komunisme, dan Utopia
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 3: Max Weber: Makna
     Asumsi Dasar
     Tindakan Sosial
     Otoritas: Tradisional, Karismatik, dan Legal-Rasional
     Etika Protestan
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 4: Georg Simmel: Interaksi
     Asumsi Dasar
     Uang dan Tragedi Budaya
     Hubungan Diad dan Triad
     Sang Asing
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 5: Talcott Parsons: Sistem
     Asumsi Dasar
     Fungsionalisme
     AGIL: Adaption, Goal-Attainment, Integration, Latency
     Peran “Orang Sakit” di Tengah Masyarakat
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 6: Zygmunt Bauman: Etika
     Asumsi Dasar
     Modernitas dan Holocaust
     Modernitas Cair
     Etika dan Emansipasi Sosial
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 7: Anthony Giddens: Agensi
     Asumsi Dasar
     Modernitas Baru dan Globalisasi
     Strukturasi dan Agensi
     Ontological Security
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 8: Pierre Bourdieu: Arena
     Asumsi Dasar
     Habitus and Taste
     Tipe-Tipe Kapital
     Arena dan Kekerasan Simbolik
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 9: Michel Foucault: Kekuasaan
     Asumsi Dasar
     Arkeologi Pengetahuan
     Kekuasaan dan Biopolitik
     Analisis Diskursus
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 10: Edward Said: Kolonial
     Asumsi Dasar
     Post-kolonialisme
     Diskursus Kolonialisme: Politik, Budaya, Akademis
     Resistensi
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 11: Gayatri Spivak: Perempuan
     Asumsi Dasar
     Feminisme
     Sang Subaltern
     Feminisme Interseksionis
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 12: Erving Goffman: Drama
     Asumsi Dasar
     Interaksionisme Simbolik
     Dramaturgi
     Stigma Sosial
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 13: Jurgen Habermas: Komunikasi
     Asumsi Dasar
     Pemikiran Frankfurt dan Teori Kritis
     Industri Budaya
     Ruang Publik, Komunikasi, dan Pragmatisme Universal
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 14: Amitai Etzioni: Komunitas
     Asumsi Dasar
     Komunitarianisme
     Jalan Ketiga: Negara, Pasar, Komunitas
     Refleksi
     Pertanyaan
BAB 15: Peter Berger: Agama
     Asumsi Dasar
     Realitas Sosial
     Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi
     Relevansi Agama: Sekularisme dan Masyarakat Plural
     Refleksi
     Pertanyaan
Pemetaan Pemikiran Sosiologi
Perkembangan Tradisi Sosiologi
Deskripsi Pemetaan dan Pemikiran Sosiologi
Akhir Kata
Ucapan Terima Kasih
Biografi Penulis
Bibliografi

Kutipan

BAB 1: Emile Durkheim: Solidaritas
“Individu berkorban untuk mempertahankan eksistensi dan solidaritas suatu kelompok.”

Kita hidup di tengah kemajemukan. Masyarakat Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya akan keragaman budaya, bahasa, suku, ras, dan agama. Berbeda, tetapi tetap bersatu, demikianlah makna Bhinneka Tunggal Ika. Pernahkah Anda memikirkan bagaimana Indonesia yang seluas Eropa Barat dapat mempunyai tali pengikat kehidupan masyarakat yang begitu beragam dalam sebuah persatuan? Coba ambil waktu sejenak untuk memikirkan kembali bagaimana bangsa dan negara ini dapat mempunyai integrasi sosial seperti saat ini?

Apakah Indonesia dipersatukan oleh ideologi, hukum, agama, budaya, bahasa, ras, sejarah penjajahan, atau faktor lainnya? Faktor apa yang paling menentukan persatuan dan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945? Kalau itu adalah faktor esensial, bagaimana faktor tersebut dapat “dirasakan” oleh setiap orang Indonesia sehingga hampir semuanya menginginkan sebuah persatuan? Sebaliknya, jika faktor tersebut tidak pernah muncul atau diresapi oleh rakyat Indonesia, apakah Indonesia masih dapat bersatu seperti hari ini?

BAB 2: Karl Marx: Kelas
“Keterpisahan adalah ketika hidup kita menjadi alat bagi orang lain dan keinginanku menjadi milik yang orang tak kukenal.”
                
Animal Farm, buku yang ditulis oleh George Orwell, mencuplik sebuah kisah tentang kehidupan bermasyarakat melalui gambaran binatang yang tinggal dalam peternakan. Ada babi, sapi, ayam, dan sebagainya. Pada suatu hari, para binatang ternak tersebut berkumpul dalam sebuah rapat besar yang dipimpin oleh Old Major, sang ketua di antara mereka. Ketua ini menceritakan bagaimana kehidupan para binatang yang sebenarnya sedang ditindas oleh peternak. Para makhluk berkaki empat diikat di tempat yang kurang layak dan manusia yang berkaki dua hidup dalam ruang yang hangat.
                  
“Tidak adil kalau kita dianggap dan diperlakukan sebagai binatang, sebagai objek, sebagai benda yang kapan pun bisa digantikan, sedangkan tuan kita dapat hidup dengan nyaman? Siapakah tuan ini sehingga mempunyai kelayakan untuk menindas kaum jelata, yaitu engkau dan saya?”

BAB 3: Max Weber: Makna
“Relasi sosial dibangun oleh keberadaan makna dalam sebuah tindakan sosial.”

Di akhir tahun ajaran, seorang guru datang dan memberikan sebuah pelajaran terakhir. “Pelajaran tentang masa depan,” katanya dan mulai bertanya, “Setelah selesai studi, apa yang ingin kamu lakukan? Apa cita-citamu?” Di dalam ruang itu, muncullah suara-suara bisikan seperti suara kertas yang berjatuhan ke lantai. Siswa yang paling cerdas di dalam kelas tersebut menjawab, “Saya ingin kuliah.” Dilanjutkan dengan siswa yang berambisi menjadi seorang pengusaha, “Saya ingin langsung magang dan bekerja di sebuah perusahaan.” Tidak lama kemudian, ada yang menjawab, “Saya ingin menikah.”

Ketika semua orang sudah menjawab pertanyaan tersebut, tibalah giliran Anda yang terakhir menjawab, “Saya berasal dari keluarga sederhana, tetapi ingin menyenangkan orang tua dengan sekolah di perguruan tinggi.” Kemudian, sang guru bertanya, “Apa alasan kalian memilih untuk melanjutkan studi, membuka usaha, dan mulai berkeluarga?”