Ikhtisar
Kisah Sosiologi merupakan rangkuman teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer yang diwakili oleh lima belas pemikir utama, yaitu Durkheim, Marx, Weber, Simmel, Parsons, Bauman, Giddens, Bourdieu, Foucault, Said, Spivak, Goffman, Habermas, Etzioni, dan Berger. Dengan memuat ilustrasi wajah para tokoh serta pendekatan Bahasa sederhana dan reflektif, buku ini mengajak pembaca untuk memahami pemikiran-pemikiran sosiologi dan makna relasi dalam kehidupan personal.
“Kisah Sosiologi merupakan rangkuman yang sangat baik dari pemikiran para perintis serta tokoh terkemuka sosiologi dan ilmu social yang dapat memicu rasa ingin tahu dan mendorong pembaca untuk mengkaji karya tulis para tokoh tersebut.” – Profesor Emeritus Kamanto Sunarto (Dosen Sosiologi FISIP UI)
“Diawali dengan ilustrasi kehidupan nyata, pemaparan asumsi dasar, penjelasan teori, buku ini juga dilengkapi dengan refleksi dan pertanyaan yang menjadikannya istimewa agar para pembaca dapat merefleksikan realitas kehidupan dan mengembangkan keingintahuan lebih jauh.” – Dr. Indera Ratna Irawati Pattinasarany (Dosen Sosiologi FISIP UI)
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Relasi dan transaksi serta ketegangan makna di antara keduanya adalah hal penting yang perlu dipahami dan didalami bila kita hendak mengkaji sosiologi secara lebih tepat dan benar. Demikianlah salah satu tujuan utama dari buku Kisah Sosiologi karya Kevin Nobel Kurniawan. Buku ini secara ringkas, padat, dan reflektif membahas mengenai pemikiran dari para pemikir utama teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer serta teori-teori sosial.
Sangat unik dan kaya pemahaman, buku ini mencoba untuk membantu para pembaca, khususnya para mahasiswa yang berminat pada teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial, untuk lebih berpikir secara sosiologis melalui kajian terhadap pemikiran-pemikiran utama dari para pemikir. Keunikan dari buku ini adalah adanya bagian refleksi di setiap bab yang sangat kaya akan pemahaman dan pemaknaan.
Berpikir secara sosiologis bisa dimaknai juga sebagai berimajinasi secara sosiologis. Berimajinasi secara sosiologis seperti yang pernah dikemukakan oleh C. Wright Mills berarti mencoba untuk mengaitkan urusan-urusan pribadi dengan isu-isu publik. Buku ini telah dengan sangat tepat dan khas berhasil mengaitkan apa yang dianggap pribadi (personal) dengan apa yang dianggap sebagai isu-isu publik (public).
Belajar tentang teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial pada saat bersamaan adalah mencoba untuk melihat apa yang berada di balik gejala-gejala sosial yang kasat mata (to look beyond the obvious). Secara efektif, buku ini berhasil membuat kita bukan hanya memahami, tetapi juga terpicu untuk mencoba melihat apa yang berada di balik apa yang tampaknya nyata.
Sosiologi adalah disiplin ilmu yang cenderung empiris dan positivis. Akan tetapi, teori-teori sosiologi dan teori-teori sosial pada dasarnya sarat dengan makna filosofis. Seorang mahasiswa sosiologi dan juga seorang sosiolog yang sungguh peduli secara keilmuan dan sekaligus secara sosial perlu terus-menerus secara konsisten mengkaji dan mendalami penelitian empiris dengan memaknainya secara konseptual dan teoretis. Inilah ketegangan dan kontestasi yang perlu dihadapi terus-menerus oleh para mahasiswa sosiologi dan para sosiolog.
Buku ini dimaksudkan sebagai sarana untuk “wisata intelektual”, khususnya “wisata pemikiran sosiologi” bagi para pembaca, terutama para mahasiswa. Dalam hal ini, penulis telah dengan sangat baik berhasil memaparkan dan menjelaskan para pemikir lengkap dengan konsep kunci, asumsi dasar, refleksi, dan pertanyaan. Mungkin yang perlu dilengkapi adalah berlandaskan kriteria apa para pemikir dan pemikiran mereka yang dipilih untuk dimasukkan ke dalam buku ini.
Harapan dari penulis adalah para pembaca bukan hanya bisa mendapatkan manfaat dan inspirasi dari pemikiran para pemikir ini sehingga bisa tetap relevan di dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga bisa menimbulkan rasa keingintahuan (curiosity) dan pemikiran yang lebih reflektif. Semoga harapan penulis bisa menjadi kenyataan bagi semua yang membaca, termasuk tentunya para mahasiswa.
Berpikir dan berimajinasi secara sosiologis adalah salah satu jalan yang tepat untuk bisa berinteraksi dan bertindak secara sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Selamat pada Saudara Kevin Nobel Kurniawan untuk penerbitan buku pertamanya ini. Sangat berguna dan sekaligus reflektif dan imajinatif.
Daftar Isi
Sampul
Daftar isi
Kata pengantar
Prakata
BAB 1: Emile Durkheim: Solidaritas
Asumsi Dasar
Fakta Sosial
Solidaritas Sosial
Disintegrasi Sosial
Moralitas dan Solidaritas
Refleksi
Pertanyaan
BAB 2: Karl Marx: Kelas
Asumsi Dasar
Determinisme Ekonomi
Kelas Sosial dan Komodifikasi
Sosialisme, Komunisme, dan Utopia
Refleksi
Pertanyaan
BAB 3: Max Weber: Makna
Asumsi Dasar
Tindakan Sosial
Otoritas: Tradisional, Karismatik, dan Legal-Rasional
Etika Protestan
Refleksi
Pertanyaan
BAB 4: Georg Simmel: Interaksi
Asumsi Dasar
Uang dan Tragedi Budaya
Hubungan Diad dan Triad
Sang Asing
Refleksi
Pertanyaan
BAB 5: Talcott Parsons: Sistem
Asumsi Dasar
Fungsionalisme
AGIL: Adaption, Goal-Attainment, Integration, Latency
Peran “Orang Sakit” di Tengah Masyarakat
Refleksi
Pertanyaan
BAB 6: Zygmunt Bauman: Etika
Asumsi Dasar
Modernitas dan Holocaust
Modernitas Cair
Etika dan Emansipasi Sosial
Refleksi
Pertanyaan
BAB 7: Anthony Giddens: Agensi
Asumsi Dasar
Modernitas Baru dan Globalisasi
Strukturasi dan Agensi
Ontological Security
Refleksi
Pertanyaan
BAB 8: Pierre Bourdieu: Arena
Asumsi Dasar
Habitus and Taste
Tipe-Tipe Kapital
Arena dan Kekerasan Simbolik
Refleksi
Pertanyaan
BAB 9: Michel Foucault: Kekuasaan
Asumsi Dasar
Arkeologi Pengetahuan
Kekuasaan dan Biopolitik
Analisis Diskursus
Refleksi
Pertanyaan
BAB 10: Edward Said: Kolonial
Asumsi Dasar
Post-kolonialisme
Diskursus Kolonialisme: Politik, Budaya, Akademis
Resistensi
Refleksi
Pertanyaan
BAB 11: Gayatri Spivak: Perempuan
Asumsi Dasar
Feminisme
Sang Subaltern
Feminisme Interseksionis
Refleksi
Pertanyaan
BAB 12: Erving Goffman: Drama
Asumsi Dasar
Interaksionisme Simbolik
Dramaturgi
Stigma Sosial
Refleksi
Pertanyaan
BAB 13: Jurgen Habermas: Komunikasi
Asumsi Dasar
Pemikiran Frankfurt dan Teori Kritis
Industri Budaya
Ruang Publik, Komunikasi, dan Pragmatisme Universal
Refleksi
Pertanyaan
BAB 14: Amitai Etzioni: Komunitas
Asumsi Dasar
Komunitarianisme
Jalan Ketiga: Negara, Pasar, Komunitas
Refleksi
Pertanyaan
BAB 15: Peter Berger: Agama
Asumsi Dasar
Realitas Sosial
Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi
Relevansi Agama: Sekularisme dan Masyarakat Plural
Refleksi
Pertanyaan
Pemetaan Pemikiran Sosiologi
Perkembangan Tradisi Sosiologi
Deskripsi Pemetaan dan Pemikiran Sosiologi
Akhir Kata
Ucapan Terima Kasih
Biografi Penulis
Bibliografi
Kutipan
BAB 1: Emile Durkheim: Solidaritas
“Individu berkorban untuk mempertahankan eksistensi dan solidaritas suatu kelompok.”
Kita hidup di tengah kemajemukan. Masyarakat Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya akan keragaman budaya, bahasa, suku, ras, dan agama. Berbeda, tetapi tetap bersatu, demikianlah makna Bhinneka Tunggal Ika. Pernahkah Anda memikirkan bagaimana Indonesia yang seluas Eropa Barat dapat mempunyai tali pengikat kehidupan masyarakat yang begitu beragam dalam sebuah persatuan? Coba ambil waktu sejenak untuk memikirkan kembali bagaimana bangsa dan negara ini dapat mempunyai integrasi sosial seperti saat ini?
Apakah Indonesia dipersatukan oleh ideologi, hukum, agama, budaya, bahasa, ras, sejarah penjajahan, atau faktor lainnya? Faktor apa yang paling menentukan persatuan dan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945? Kalau itu adalah faktor esensial, bagaimana faktor tersebut dapat “dirasakan” oleh setiap orang Indonesia sehingga hampir semuanya menginginkan sebuah persatuan? Sebaliknya, jika faktor tersebut tidak pernah muncul atau diresapi oleh rakyat Indonesia, apakah Indonesia masih dapat bersatu seperti hari ini?
BAB 2: Karl Marx: Kelas
“Keterpisahan adalah ketika hidup kita menjadi alat bagi orang lain dan keinginanku menjadi milik yang orang tak kukenal.”
Animal Farm, buku yang ditulis oleh George Orwell, mencuplik sebuah kisah tentang kehidupan bermasyarakat melalui gambaran binatang yang tinggal dalam peternakan. Ada babi, sapi, ayam, dan sebagainya. Pada suatu hari, para binatang ternak tersebut berkumpul dalam sebuah rapat besar yang dipimpin oleh Old Major, sang ketua di antara mereka. Ketua ini menceritakan bagaimana kehidupan para binatang yang sebenarnya sedang ditindas oleh peternak. Para makhluk berkaki empat diikat di tempat yang kurang layak dan manusia yang berkaki dua hidup dalam ruang yang hangat.
“Tidak adil kalau kita dianggap dan diperlakukan sebagai binatang, sebagai objek, sebagai benda yang kapan pun bisa digantikan, sedangkan tuan kita dapat hidup dengan nyaman? Siapakah tuan ini sehingga mempunyai kelayakan untuk menindas kaum jelata, yaitu engkau dan saya?”
BAB 3: Max Weber: Makna
“Relasi sosial dibangun oleh keberadaan makna dalam sebuah tindakan sosial.”
Di akhir tahun ajaran, seorang guru datang dan memberikan sebuah pelajaran terakhir. “Pelajaran tentang masa depan,” katanya dan mulai bertanya, “Setelah selesai studi, apa yang ingin kamu lakukan? Apa cita-citamu?” Di dalam ruang itu, muncullah suara-suara bisikan seperti suara kertas yang berjatuhan ke lantai. Siswa yang paling cerdas di dalam kelas tersebut menjawab, “Saya ingin kuliah.” Dilanjutkan dengan siswa yang berambisi menjadi seorang pengusaha, “Saya ingin langsung magang dan bekerja di sebuah perusahaan.” Tidak lama kemudian, ada yang menjawab, “Saya ingin menikah.”
Ketika semua orang sudah menjawab pertanyaan tersebut, tibalah giliran Anda yang terakhir menjawab, “Saya berasal dari keluarga sederhana, tetapi ingin menyenangkan orang tua dengan sekolah di perguruan tinggi.” Kemudian, sang guru bertanya, “Apa alasan kalian memilih untuk melanjutkan studi, membuka usaha, dan mulai berkeluarga?”