Ikhtisar
Kumpulan puisi yang penulis buat dalam buku Satu Rahim Perihal Musim ini adalah ungkapan bahasa kalbu dan curahan hati dari relung hati terdalam. Berupa pengalaman-pengalaman keseharian, fenomena sosial, kisah inspiratif, ajakan moral, dan kejadian nyata penulis khususnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Imajinasi banyak dilibatkan dalam proses kreatif sebuah puisi. Berbekal pengalaman dan pengetahuan, menulis puisi tentu menguras energi kreativitas. Maka tidak heran jika hasil karya dari dalam puisi Satu Rahim Perihal Musim menghasilkan lantunanlantunan kata dan kalimat yang terdengar indah serta memberi kesan mendalam.
Ulasan Editorial
Dari pilihan diksi, alur kisah, laku dan peristiwa yang dihadirkan dalam puisi-puisi di buku ini, kita tahu betapa hormat, takzim dan harunya Taufiq, si penyair santri ini, kepada kyai, guru-guru dan almamaternya. Narasinya berangkat dari keintiman dan keakrabannya dengan sosok-sosok pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, baik secara langsung maupun melalui pengetahuan sanad-silsilah. Alhasil, puisinya memiliki kekayaan khazanah pesantren, NU, tradisi keberagamaan Jawa-Madura dan Islam secara keseluruhan. Di saat yang sama, mengandung refleksi historis yang kental. Membacanya, batin terasa menjadi jernih
Sastrawan, Peminat Wacana dan Kreasi Sastra Pesantren, tinggal di Yogyakarta
/
Raudal Tanjung Banua
Puisi adalah buah cinta. Suatu hal yang dianggap biasa, tentu tak akan melahirkan puisi. Dan dari ketulusan cinta itulah kemudian lahir puisipuisi Satu Rahim Perihal Musim. Membaca puisi-puisi karya MN. Taufiq, saya dituntun membaca sejarah yang dipuisikan dengan kekuatan rima dan cinta.
Dengan kemampuan menulis yang luar biasa, MN. Taufiq benar-benar konsisten dalam mengabadikan petualangan batin yang dialaminya dengan sajak-sajak panjang, terang dan indah sehingga pembaca seakan-akan diajak menjadi "penonton langsung" peristiwaperistiwa tersebut. Selamat buat MN. Taufik atas karya dan buah cintanya. Selamat terbit tanpa terbenam. Selamat berkibar tanpa berpendar
Penyair Asal Surabaya/Pendiri Sanggar Seni Cermin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo
/
Sholeh Abu Bakar
Yang tak tahu akan mengerti. Yang enggan akan menyadari. Yang rindu akan terobati. Yang singgah tak mau pergi. Ialah Sukorejo tanah yang suci. Buku ini mengungkap segala dimensinya melalui bait puisi
Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo
/
Muhammad Taufiq Maulana
Membaca puisi-puisi dalan buku Satu Rahim Perihal Musim memunculkan kerinduan tersendiri pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. Meski tidak pernah mondok di sana, saya turut merasakan didikan dan kasih sayang sangat luar biasa dari Masyayikh Sukorejo kepada santri-santrinya.
Disamping itu, kepekaan penulis terhadap lingkungan pondok pesantren, nilai-nilai kesantrian, momentum yang dialami, dan keadaan yang dirasakannya terurai dengan majas maupun diksi yang cukup khas. Menikmati puisi-puisi tersebut membuat saya di antara tersenyum dan menangis
Sitti Kholifah Amartyah
Kecintaan Mas Taufiq kepada pesantren patut diapresiasi. Dengan membaca puisi-puisi ini, Sebagai alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, kita seolah-olah membaca diri sendiri dan diajak bernostalgia kembali menjadi santri yang utuh. Karena banyak hal dan kemiripan terjadi, baik langsung maupun secara tidak langsung telah menyambungkan jiwa kita kepada guru dan kiai. Terima kasih Mas! Menyentuh dan sangat berkesan. Semoga bernilai berkah
Penyair asal Bali, Alumni Sanggar Seni Cermin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo
/
Imam Barker
Puisi bukan hanya susunan kata-kata. Bukan luapan diksi belaka. Lebih dari itu, puisi adalah gelombang rasa yang lahir dari luas samudera hati., pikiran, dan laku seorang penulis. Maka di tiap ungkapan yang mengalir akan menjadi riak-riak di dada para pembaca. Mengendap menjadi jejak di pantai perenungan. Begitu juga dengan seikat puisi karya Muhammad Nur Taufiq ini, tidak lain adalah wujud dari tubuh dan realitas yang dialaminya. Mengajak kita mengikuti arus gelombang, menyelami semakin dalam. Bahkan membuat kita betah berlama-lama di palung batinnya. Selamat bertamasya, selamat menikmati manis asin bait dan rima
Pendiri Sanggar Seni Kalimosodho Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Ketua Teater Asa UIN Wali Songo Semarang
/
Wikha Setiawan
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Alquran sebagai kitab suci agama Islam memiliki kandungan sastra yang luar biasa. Bahkan salah satu surat dalam Alquran secara khusus bersinggungan dengan dunia sastra yaitu Assyu’ara yang berarti para penyair.
Walaupun Rasulullah SAW bukan dikatagorikan penyair sebagaimana ditegaskan dalam Alquran (QS. 36:9), akan tetapi beliau tidak melarang para sahabatnya menulis syair. Bahkan Rasulullah SAW secara spontan memberi hadiah berupa burdah kepada kepada salah satu sahabatnya yaitu Ka’ab bin Zuhair setelah membacakan syair-syair Banat Suudnya.
Pondok pesantren masih diakui sebagai lembaga tafaqquh fiddin. Sebagai lembaga tersebut, Pondok Pesantren memiliki kekayaan berbagai khazanah keilmuan. Khususnya di bidang agama seperti Aqidah, Fiqih dan Akhlaq atau tasawuf. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, Pondok Pesantren terlibat aktif dalam gerakan kemanusiaan dan merawat tatanan. Hal yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren yaitu merawat, menjaga, dan mengembangkan tradisi bersatra.
Kalau mau dicermati kehidupan para kiai dan santri, kita bisa menyaksikan bagaimana gairah bersastra di pondok pesantren. Dalam proses pendidikan di pesantren misalnya , Kita masih bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung bagaimana para Kiai dan santri melantukankan Qasidah seperti Barzanji, Burdah, ad Dzibai’, nadzaman dan semacamnya.
Disamping membacakan dan mempertahankan karya para Salafunas Shalih sebagaimana disebutkan, para kiai dan santri juga memiliki karya sastra yang mereka ciptakan sendiri. Baik itu ditulis dengan Bahasa Arab, Bahasa Daerah maupun Bahasa Indonesia.
Melalui karya sastra itulah, para kiai dan santri mengungkapkan isi hati dan melakukan refleksi terhadap dinamika yang ada. Termasuk menyuarakan kebenaran, kasih sayang dan perdamaian. Salah satu pondok pesantren yang masih eksis mempertahankan tradisi dan gerakan sastra yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo yang berdiri pada tahun 1914.
Di usianya yang mencapai lebih dari satu abad, Pesantren Sukorejo di antara pesantren yang terus mengawal keberadaan dan keadaan sastra sesuai zamannya. Melihat realitas gerakan sastra di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, ada beberapa hal yang bisa disimak mengenai perjalanan sastra dari masa ke masa.
K.H.R Syamsul Arifin Kiai Syamsul Arifin (1914-1951) sebagai pengasuh pertama memiliki karya yang cukup fenomenal yaitu syair Aqaid Saeket. Syair tersebut berisi Aqidah Ketauhidan yang terdiri dari sifat wajib bagi Allah berjumlah 20, sifat muhal bagi Allah berjumlah 20, sifat jaiz bagi Allah berjumlah 1, sifat wajib bagi rasul berjumlah 4, sifat muhal bagi rasul berjumlah 4, dan sifat jaiz bagi rasul berjumlah 1. Kalau dijumlah kesemuanya yaitu 50 sifat yang kemudian disebut Aqaid saeket (Aqidah 50). Syair itu ditulis dengan menggunakan arab pegon dengan perpaduan bahasa Arab dan Madura. Melalui karya sastra ini, Kiai Syamsul Arifin menjadikan ajaran Islam bagaimana mudah dipahami khususnya oleh masyarakat setempat.
K.H.R As’ad Syamsul Arifin ( 1951-1990) sebagai pengasuh kedua menyempurnakan syair Aqaid Saeket yang dikarang sebelumnya oleh Kiai Syamsul Arifin, dalam syair yang ditulis, Kiai As’ad menambah nama-nama para Rasul, nama-nama kitab, namanama para malaikat, para rasul yang wajib diketahui. Selain itu, dalam syair itu juga ditulis rukun iman dan rukun Islam. Selain itu Kiai As’ad memiliki antologi puisi syiir yang ditulis dengan tulisan pegon dan berbahasa Madura. Syair tersebut berbicara keadaan Kiai As’ad ketika menjadi santri. Termasuk pandangan Kiai As’ad terhadap fenomena sosial yang terjadi.
Syair Aqaid saeket yang dikarang oleh Kiai Syamsul Arifin dan Kiai As’ad hingga kini masih menjadi dzikiran di Pesantren Sukorejo menjelang salat isya’ dilaksanakan.
K.H.R Ahmad Fawaid As’ad (1990-2012) sebagai pengasuh ke tiga membentuk berdirinya Gambus Revolusioner Al Badar yang memfasilitasi karya-karya sastra menjadi lirik lagu. Selain itu, pada masa ini bermunculan gerakan di lingkungan pesantren seperti seminar, festival, bedah buku sastra, dan sebagainya. Termasuk berdirinya komunitas sastra yang semarak di kalangan santri dari berbagai daerah.
Kalau pada Masa Kiai Syamsul Arifin dan Kiai As’ad, karya sastra fokus kepada bahasa Arab dan bahasa Madura sebagai bahasa daerah. Maka, pada masa Kiai Fawaid karya sastra mulai mengalami perkembangan dengan menggunakan menjadi Bahasa Indonesia. Sehingga bermunculan buku karya sastra dengan berbahasa Indonesia. Baik cerpen maupun puisi.
K.H.R Ahmad Azaim Ibrahimy (2012-sampai sekarang) sebagai pengasuh ke empat, banyak menulis karya sastra sejak m. Beberapa buku puisinya yang sudah diterbitkan semisal Hirup Hembus, Rindu Sebatang Pohon (perpaduan puisi dan tulisan-tulisan refleksi), Wasiat Debu (Antologi Puisi bersama santri dan alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo) dan Jalan Ini Rindu (Puisi yang diinterpretasi para penyair nasional).
Dalam kepengasuhan Kiai Azaim, Pesantren Sukorejo pernah menjadi tempat bersejarah dalam perjalanan sastra di Indonesia yaitu untuk pertama kalinya dipercaya menjadi tuan rumah Muktamar Sastra pada tahun 2018. Muktamar tersebut berhasil mempertemukan pemikiran berbagai sastrawan dengan latar belakang yang berbeda.
Para santri maupun alumi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah juga banyak melahirkan karya-karya sastra salah satunya kumpulan puisi Satu Rahim Perihal Musim Puisi-puisi di dalamnya mengulas riwayat hidup para masyayikh, dawuh, wasiat, tradisi dan hal lainya yang berkaitan dengan Pesantren Sukorejo.
Penulis
M.N. Taufiq - Muhammad Nur Taufiq lahir di Bondowoso pada tanggal 18 Desember 1988. Ia adalah putra dari Almarhum Abdul Mu’thi dan Sa’diyah. Kedua orang tuanya adalah alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Seusai lulus dari Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Suling Kulon 01 Cermee Bondowoso. Kedua orang tuanya memilih untuk mengantarkan pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang diasuh K.H.R. Ach. Fawaid As’ad. Tepatnya pada 5 Juni 2000. Selama menjadi santri, ia berada di lingkungan pesantren yang begitu kental dengan dunia sastra dan kesenian. Seiring berjalanannya waktu, ia mulai memiliki ketertarikan pada dunia tersebut.
Di sela-sela menjalani aktifitas berkhidmat dan mengaji di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, ia aktif di komunitas sastra dan kesenian seperti Babond Teater (Badan Otonom Rayon IKSASS Bondowoso )dan Sanggar Seni Cermin (Banom Pusat IKSASS). Sekitar tahun 2007, ia mulai menekuni aktivitas kepenulisan khususnya puisi. Setiap ada karya yang berhasil diselesaikan. Ia merasakan kepuasan Puisi-puisinya terbit di beberapa antologi puisi bersama seperti Wasiat Debu, Requiem Tiada Henti, Antologi Negeri Bahari, dan sebagainya. Saat ini tinggal di Dusun Airlangga RT 06 RW 02 Desa Suling Kulon Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso. KP 68286 HP/WA 082 334 483 842. Email iftaberkah@gmail.com
Daftar Isi
Sampul
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Catatan Penulis
Komentar-Komentar
Daftar Isi
Pembabat Hutan dari Kembang Kuning
Entah Bagaimana Bisa
Mujahid Kabir
Tangis Bayi di Syi’ib Ali
Sebilah Tongkat Seutas Tasbih
Ziarah Petilasan
Ayat Suci Tanda Kekasih
Kiai Fawaid
Kubaca Engkau Sebagai Puisi
Benarkah Engkau Sudah Pulang
Anak-Anakku
Mengenang Kepergian Menyambut Kehadiran
Kiai Azaim
Pengakuan Seorang Anak Tentang Ibunya
Menjauh Darimu
Padang Basmalah
Muktamar Sastra I
Muktamar Sastra II
Hari Ketujuh
Perihal Tahun Baru
Merenangi Renunganmu
Yang Ingin Engkau Sampaikan
Falyafrahu
Panggilan Kasih Sayang
Pelukan
Ngopi Bareng di Taman Asam
Rusaifah, Aku Menulis Puisi
Jalan Istikharah
Pengembara
Memandang Kiai Azaim
Sambungan Shalawat
Menunggu
Ini Warna Saudariku
Perpisahan
Haul Majemuk
Jumat Bersih
Pulang Berjamaah
Kasidah Tarhim
Sebagai Sebutir Debu
Tiba di Sukorejo
Yang Datang Yang Pulang
Mendekat atau Menjauh
Ruang Pertemuan
Gerak Batin
Cahaya Muharram
Bagaimana Ketika Sampai Padaku
Di Kantor PBNU Bubutan Surabaya
Dawuh Kiai Azaim (1)
Pertemuan Siang
Dawuh Kiai Azaim (2)
Cerita Kiai Azaim
Dawuh Kiai Azaim (3)
Dawuh Kiai Azaim (4)
Sekilas Suasana (1)
Sekilas Suasana (2)
Sekilas Suasana (3)
Sekilas Suasana (4)
Sekilas Suasana (5)
Sekilas Suasana (6)
Sekilas Suasana (7)
Sekilas Suasana (8)
Sekilas Suasana (9)
Sekilas Suasana (10)
Sekilas Suasana (11)
Sekilas Suasana (12)
Sekilas Suasana (13)
Sekilas Suasana (14)
Kiai Afif
Menelaah Riwayat Wabah
IKSASS
Pesanmu
WAA Ibrahimy
Sanggar Seni Cermin
Ma'had Aly Sukorejo
Di Pangkuan IKSASS
Memetik Pelajaran
Buah Itu dipetik Langit
Mendung Melepas Gerimisnya
Hari Berikutnya
Lora Imy
Mansya'
Nyai Zainiyah
Merawat dan Menjaga Wasiat Perjuangan
Di Balik Jubah Qiraatuna
Harlah dan Haflah Imtihan
Puja
Baja
Sabar
Masa Taaruf
Catatan Refleksi
Catatan Apresiasi
Biografi Penulis