Tampilkan di aplikasi

Buku Selat Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Satu Rahim Perihal Muslim

1 Pembaca
Rp 50.000 12%
Rp 44.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 132.000 13%
Rp 38.133 /orang
Rp 114.400

5 Pembaca
Rp 220.000 20%
Rp 35.200 /orang
Rp 176.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kumpulan puisi yang penulis buat dalam buku Satu Rahim Perihal Musim ini adalah ungkapan bahasa kalbu dan curahan hati dari relung hati terdalam. Berupa pengalaman-pengalaman keseharian, fenomena sosial, kisah inspiratif, ajakan moral, dan kejadian nyata penulis khususnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Imajinasi banyak dilibatkan dalam proses kreatif sebuah puisi. Berbekal pengalaman dan pengetahuan, menulis puisi tentu menguras energi kreativitas. Maka tidak heran jika hasil karya dari dalam puisi Satu Rahim Perihal Musim menghasilkan lantunanlantunan kata dan kalimat yang terdengar indah serta memberi kesan mendalam.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: M.N. Taufiq

Penerbit: Selat Media
ISBN: 9786230909382
Terbit: November 2022 , 189 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Kumpulan puisi yang penulis buat dalam buku Satu Rahim Perihal Musim ini adalah ungkapan bahasa kalbu dan curahan hati dari relung hati terdalam. Berupa pengalaman-pengalaman keseharian, fenomena sosial, kisah inspiratif, ajakan moral, dan kejadian nyata penulis khususnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Imajinasi banyak dilibatkan dalam proses kreatif sebuah puisi. Berbekal pengalaman dan pengetahuan, menulis puisi tentu menguras energi kreativitas. Maka tidak heran jika hasil karya dari dalam puisi Satu Rahim Perihal Musim menghasilkan lantunanlantunan kata dan kalimat yang terdengar indah serta memberi kesan mendalam.

Ulasan Editorial

Dari pilihan diksi, alur kisah, laku dan peristiwa yang dihadirkan dalam puisi-puisi di buku ini, kita tahu betapa hormat, takzim dan harunya Taufiq, si penyair santri ini, kepada kyai, guru-guru dan almamaternya. Narasinya berangkat dari keintiman dan keakrabannya dengan sosok-sosok pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, baik secara langsung maupun melalui pengetahuan sanad-silsilah. Alhasil, puisinya memiliki kekayaan khazanah pesantren, NU, tradisi keberagamaan Jawa-Madura dan Islam secara keseluruhan. Di saat yang sama, mengandung refleksi historis yang kental. Membacanya, batin terasa menjadi jernih

Sastrawan, Peminat Wacana dan Kreasi Sastra Pesantren, tinggal di Yogyakarta / Raudal Tanjung Banua

Puisi adalah buah cinta. Suatu hal yang dianggap biasa, tentu tak akan melahirkan puisi. Dan dari ketulusan cinta itulah kemudian lahir puisipuisi Satu Rahim Perihal Musim. Membaca puisi-puisi karya MN. Taufiq, saya dituntun membaca sejarah yang dipuisikan dengan kekuatan rima dan cinta.

Dengan kemampuan menulis yang luar biasa, MN. Taufiq benar-benar konsisten dalam mengabadikan petualangan batin yang dialaminya dengan sajak-sajak panjang, terang dan indah sehingga pembaca seakan-akan diajak menjadi "penonton langsung" peristiwaperistiwa tersebut. Selamat buat MN. Taufik atas karya dan buah cintanya. Selamat terbit tanpa terbenam. Selamat berkibar tanpa berpendar

Penyair Asal Surabaya/Pendiri Sanggar Seni Cermin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo / Sholeh Abu Bakar

Yang tak tahu akan mengerti. Yang enggan akan menyadari. Yang rindu akan terobati. Yang singgah tak mau pergi. Ialah Sukorejo tanah yang suci. Buku ini mengungkap segala dimensinya melalui bait puisi

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo / Muhammad Taufiq Maulana

Membaca puisi-puisi dalan buku Satu Rahim Perihal Musim memunculkan kerinduan tersendiri pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. Meski tidak pernah mondok di sana, saya turut merasakan didikan dan kasih sayang sangat luar biasa dari Masyayikh Sukorejo kepada santri-santrinya.

Disamping itu, kepekaan penulis terhadap lingkungan pondok pesantren, nilai-nilai kesantrian, momentum yang dialami, dan keadaan yang dirasakannya terurai dengan majas maupun diksi yang cukup khas. Menikmati puisi-puisi tersebut membuat saya di antara tersenyum dan menangis

Sitti Kholifah Amartyah

Kecintaan Mas Taufiq kepada pesantren patut diapresiasi. Dengan membaca puisi-puisi ini, Sebagai alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, kita seolah-olah membaca diri sendiri dan diajak bernostalgia kembali menjadi santri yang utuh. Karena banyak hal dan kemiripan terjadi, baik langsung maupun secara tidak langsung telah menyambungkan jiwa kita kepada guru dan kiai. Terima kasih Mas! Menyentuh dan sangat berkesan. Semoga bernilai berkah

Penyair asal Bali, Alumni Sanggar Seni Cermin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo / Imam Barker

Puisi bukan hanya susunan kata-kata. Bukan luapan diksi belaka. Lebih dari itu, puisi adalah gelombang rasa yang lahir dari luas samudera hati., pikiran, dan laku seorang penulis. Maka di tiap ungkapan yang mengalir akan menjadi riak-riak di dada para pembaca. Mengendap menjadi jejak di pantai perenungan. Begitu juga dengan seikat puisi karya Muhammad Nur Taufiq ini, tidak lain adalah wujud dari tubuh dan realitas yang dialaminya. Mengajak kita mengikuti arus gelombang, menyelami semakin dalam. Bahkan membuat kita betah berlama-lama di palung batinnya. Selamat bertamasya, selamat menikmati manis asin bait dan rima

Pendiri Sanggar Seni Kalimosodho Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Ketua Teater Asa UIN Wali Songo Semarang / Wikha Setiawan

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Alquran sebagai kitab suci agama Islam memiliki kandungan sastra yang luar biasa. Bahkan salah satu surat dalam Alquran secara khusus bersinggungan dengan dunia sastra yaitu Assyu’ara yang berarti para penyair.

Walaupun Rasulullah SAW bukan dikatagorikan penyair sebagaimana ditegaskan dalam Alquran (QS. 36:9), akan tetapi beliau tidak melarang para sahabatnya menulis syair. Bahkan Rasulullah SAW secara spontan memberi hadiah berupa burdah kepada kepada salah satu sahabatnya yaitu Ka’ab bin Zuhair setelah membacakan syair-syair Banat Suudnya.

Pondok pesantren masih diakui sebagai lembaga tafaqquh fiddin. Sebagai lembaga tersebut, Pondok Pesantren memiliki kekayaan berbagai khazanah keilmuan. Khususnya di bidang agama seperti Aqidah, Fiqih dan Akhlaq atau tasawuf. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, Pondok Pesantren terlibat aktif dalam gerakan kemanusiaan dan merawat tatanan. Hal yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren yaitu merawat, menjaga, dan mengembangkan tradisi bersatra.

Kalau mau dicermati kehidupan para kiai dan santri, kita bisa menyaksikan bagaimana gairah bersastra di pondok pesantren. Dalam proses pendidikan di pesantren misalnya , Kita masih bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung bagaimana para Kiai dan santri melantukankan Qasidah seperti Barzanji, Burdah, ad Dzibai’, nadzaman dan semacamnya.

Disamping membacakan dan mempertahankan karya para Salafunas Shalih sebagaimana disebutkan, para kiai dan santri juga memiliki karya sastra yang mereka ciptakan sendiri. Baik itu ditulis dengan Bahasa Arab, Bahasa Daerah maupun Bahasa Indonesia.

Melalui karya sastra itulah, para kiai dan santri mengungkapkan isi hati dan melakukan refleksi terhadap dinamika yang ada. Termasuk menyuarakan kebenaran, kasih sayang dan perdamaian. Salah satu pondok pesantren yang masih eksis mempertahankan tradisi dan gerakan sastra yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo yang berdiri pada tahun 1914.

Di usianya yang mencapai lebih dari satu abad, Pesantren Sukorejo di antara pesantren yang terus mengawal keberadaan dan keadaan sastra sesuai zamannya. Melihat realitas gerakan sastra di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, ada beberapa hal yang bisa disimak mengenai perjalanan sastra dari masa ke masa.

K.H.R Syamsul Arifin Kiai Syamsul Arifin (1914-1951) sebagai pengasuh pertama memiliki karya yang cukup fenomenal yaitu syair Aqaid Saeket. Syair tersebut berisi Aqidah Ketauhidan yang terdiri dari sifat wajib bagi Allah berjumlah 20, sifat muhal bagi Allah berjumlah 20, sifat jaiz bagi Allah berjumlah 1, sifat wajib bagi rasul berjumlah 4, sifat muhal bagi rasul berjumlah 4, dan sifat jaiz bagi rasul berjumlah 1. Kalau dijumlah kesemuanya yaitu 50 sifat yang kemudian disebut Aqaid saeket (Aqidah 50). Syair itu ditulis dengan menggunakan arab pegon dengan perpaduan bahasa Arab dan Madura. Melalui karya sastra ini, Kiai Syamsul Arifin menjadikan ajaran Islam bagaimana mudah dipahami khususnya oleh masyarakat setempat.

K.H.R As’ad Syamsul Arifin ( 1951-1990) sebagai pengasuh kedua menyempurnakan syair Aqaid Saeket yang dikarang sebelumnya oleh Kiai Syamsul Arifin, dalam syair yang ditulis, Kiai As’ad menambah nama-nama para Rasul, nama-nama kitab, namanama para malaikat, para rasul yang wajib diketahui. Selain itu, dalam syair itu juga ditulis rukun iman dan rukun Islam. Selain itu Kiai As’ad memiliki antologi puisi syiir yang ditulis dengan tulisan pegon dan berbahasa Madura. Syair tersebut berbicara keadaan Kiai As’ad ketika menjadi santri. Termasuk pandangan Kiai As’ad terhadap fenomena sosial yang terjadi.

Syair Aqaid saeket yang dikarang oleh Kiai Syamsul Arifin dan Kiai As’ad hingga kini masih menjadi dzikiran di Pesantren Sukorejo menjelang salat isya’ dilaksanakan.

K.H.R Ahmad Fawaid As’ad (1990-2012) sebagai pengasuh ke tiga membentuk berdirinya Gambus Revolusioner Al Badar yang memfasilitasi karya-karya sastra menjadi lirik lagu. Selain itu, pada masa ini bermunculan gerakan di lingkungan pesantren seperti seminar, festival, bedah buku sastra, dan sebagainya. Termasuk berdirinya komunitas sastra yang semarak di kalangan santri dari berbagai daerah.

Kalau pada Masa Kiai Syamsul Arifin dan Kiai As’ad, karya sastra fokus kepada bahasa Arab dan bahasa Madura sebagai bahasa daerah. Maka, pada masa Kiai Fawaid karya sastra mulai mengalami perkembangan dengan menggunakan menjadi Bahasa Indonesia. Sehingga bermunculan buku karya sastra dengan berbahasa Indonesia. Baik cerpen maupun puisi.

K.H.R Ahmad Azaim Ibrahimy (2012-sampai sekarang) sebagai pengasuh ke empat, banyak menulis karya sastra sejak m. Beberapa buku puisinya yang sudah diterbitkan semisal Hirup Hembus, Rindu Sebatang Pohon (perpaduan puisi dan tulisan-tulisan refleksi), Wasiat Debu (Antologi Puisi bersama santri dan alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo) dan Jalan Ini Rindu (Puisi yang diinterpretasi para penyair nasional).

Dalam kepengasuhan Kiai Azaim, Pesantren Sukorejo pernah menjadi tempat bersejarah dalam perjalanan sastra di Indonesia yaitu untuk pertama kalinya dipercaya menjadi tuan rumah Muktamar Sastra pada tahun 2018. Muktamar tersebut berhasil mempertemukan pemikiran berbagai sastrawan dengan latar belakang yang berbeda.

Para santri maupun alumi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah juga banyak melahirkan karya-karya sastra salah satunya kumpulan puisi Satu Rahim Perihal Musim Puisi-puisi di dalamnya mengulas riwayat hidup para masyayikh, dawuh, wasiat, tradisi dan hal lainya yang berkaitan dengan Pesantren Sukorejo.

Penulis

M.N. Taufiq - Muhammad Nur Taufiq lahir di Bondowoso pada tanggal 18 Desember 1988. Ia adalah putra dari Almarhum Abdul Mu’thi dan Sa’diyah. Kedua orang tuanya adalah alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Seusai lulus dari Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Suling Kulon 01 Cermee Bondowoso. Kedua orang tuanya memilih untuk mengantarkan pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang diasuh K.H.R. Ach. Fawaid As’ad. Tepatnya pada 5 Juni 2000. Selama menjadi santri, ia berada di lingkungan pesantren yang begitu kental dengan dunia sastra dan kesenian. Seiring berjalanannya waktu, ia mulai memiliki ketertarikan pada dunia tersebut.

Di sela-sela menjalani aktifitas berkhidmat dan mengaji di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, ia aktif di komunitas sastra dan kesenian seperti Babond Teater (Badan Otonom Rayon IKSASS Bondowoso )dan Sanggar Seni Cermin (Banom Pusat IKSASS). Sekitar tahun 2007, ia mulai menekuni aktivitas kepenulisan khususnya puisi. Setiap ada karya yang berhasil diselesaikan. Ia merasakan kepuasan Puisi-puisinya terbit di beberapa antologi puisi bersama seperti Wasiat Debu, Requiem Tiada Henti, Antologi Negeri Bahari, dan sebagainya. Saat ini tinggal di Dusun Airlangga RT 06 RW 02 Desa Suling Kulon Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso. KP 68286 HP/WA 082 334 483 842. Email iftaberkah@gmail.com

Daftar Isi

Sampul
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Catatan Penulis
Komentar-Komentar
Daftar Isi
     Pembabat Hutan dari Kembang Kuning
     Entah Bagaimana Bisa
     Mujahid Kabir
     Tangis Bayi di Syi’ib Ali
     Sebilah Tongkat Seutas Tasbih
     Ziarah Petilasan
     Ayat Suci Tanda Kekasih
     Kiai Fawaid
     Kubaca Engkau Sebagai Puisi
     Benarkah Engkau Sudah Pulang
     Anak-Anakku
     Mengenang Kepergian Menyambut Kehadiran
     Kiai Azaim
     Pengakuan Seorang Anak Tentang Ibunya
     Menjauh Darimu
     Padang Basmalah
     Muktamar Sastra I
     Muktamar Sastra II
     Hari Ketujuh
     Perihal Tahun Baru
     Merenangi Renunganmu
     Yang Ingin Engkau Sampaikan
     Falyafrahu
     Panggilan Kasih Sayang
     Pelukan
     Ngopi Bareng di Taman Asam
     Rusaifah, Aku Menulis Puisi
     Jalan Istikharah
     Pengembara
     Memandang Kiai Azaim
     Sambungan Shalawat
     Menunggu
     Ini Warna Saudariku
     Perpisahan
     Haul Majemuk
     Jumat Bersih
     Pulang Berjamaah
     Kasidah Tarhim
     Sebagai Sebutir Debu
     Tiba di Sukorejo
     Yang Datang Yang Pulang
     Mendekat atau Menjauh
     Ruang Pertemuan
     Gerak Batin
     Cahaya Muharram
     Bagaimana Ketika Sampai Padaku
     Di Kantor PBNU Bubutan Surabaya
     Dawuh Kiai Azaim (1)
     Pertemuan Siang
     Dawuh Kiai Azaim (2)
     Cerita Kiai Azaim
     Dawuh Kiai Azaim (3)
     Dawuh Kiai Azaim (4)
     Sekilas Suasana (1)
     Sekilas Suasana (2)
     Sekilas Suasana (3)
     Sekilas Suasana (4)
     Sekilas Suasana (5)
     Sekilas Suasana (6)
     Sekilas Suasana (7)
     Sekilas Suasana (8)
     Sekilas Suasana (9)
     Sekilas Suasana (10)
     Sekilas Suasana (11)
     Sekilas Suasana (12)
     Sekilas Suasana (13)
     Sekilas Suasana (14)
     Kiai Afif
     Menelaah Riwayat Wabah
     IKSASS
     Pesanmu
     WAA Ibrahimy
     Sanggar Seni Cermin
     Ma'had Aly Sukorejo
     Di Pangkuan IKSASS
     Memetik Pelajaran
     Buah Itu dipetik Langit
     Mendung Melepas Gerimisnya
     Hari Berikutnya
     Lora Imy
     Mansya'
     Nyai Zainiyah
     Merawat dan Menjaga Wasiat Perjuangan
     Di Balik Jubah Qiraatuna
     Harlah dan Haflah Imtihan
     Puja
     Baja
     Sabar
     Masa Taaruf
     Catatan Refleksi
     Catatan Apresiasi
Biografi Penulis