Tanam Buah di Pekarangan Konsumsi, Komersil atau Estetika
Harus diakui, umumnya kita mendapat warisan tanaman keras termasuk tanaman buah dari orang tua kita. Orang tua kita memperolehnya dari orangtuanya, dan seterusnya. Artinya sampai pada beberapa generasi di atas generasi Z kualitas tanaman buah belum banyak beranjak dari kondisi abad yang lalu.
Pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta dalam Webinar dan Bimtek yang dilaksanakan oleh Tabloid Sinar Tani pada hari Rabu, 5 Oktober 2022 lalu mengindikasikan bahwa informasi tentang jenis, kualitas, pusat benih dan akses terhadap program yang telah diluncurkan oleh pemerintah belum menjangkau seluruh masyarakat pencinta buah-buahan.
Satu keunikan rumahtangga di Indonesia adalah menanam berjenis-jenis pohon buah di pekarangan. Komersialisasi tanaman pekarangan ini juga sudah umum tetapi penjualannya masih banyak dikuasai oleh tengkulak.
Ini sesuatu yang tidak bisa dihindarkan karena akses penjualan ke pasar cukup terbatas dan menjadi kurang efisien dengan jumlah kecil. Perkembangannya ke arah penjualan dengan sistem ijon adalah suatu yang disesalkan dan dikuatirkan menghilangkan semangat untuk memperbaiki kualitas dan pemeliharaan tanaman.
Anggur dan alpukat yang dibahas dalam Webinar/Bimtek merupakan potensi baru karena sebelumnya buah ini dianggap buah elit yang dikonsumsi oleh kalangan tertentu. Buah yang aslinya dari luar itu sekarang sudah semakin dikenal oleh masyarakat.
Buah tropis sudah lebih lama dikenal dan dibudidayakan. Indonesia adalah surganya buah tropis, tetapi ironinya konsumsi buah termasuk rendah, bahkan dibandingkan dengan negara yang status ekonominya lebih rendah dibandingkan Indonesia. Apakah ini terkait dengan belum efektifnya pemeliharaan tanaman buah di Indonesia? Yang jelas informasi tentang produksi untuk keluarga, peluang ekonomi dan aspek estetika menarik masyarakat untuk mengembangkan buah skala pekarangan.
Yang diminta oleh peminat dan penggiat tanaman buah adalah Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah maupun swasta. Pertama adalah Informasi tentang teknologi terkini buah-buahan yang mempunyai prospek pasar tinggi dan di mana bibit berkualitas baik dapat diperoleh.
Yang kedua adalah program, prosedur dan lokasi untuk mengembangkan pusat produksi dan kampung hortikultura yang ternyata sangat diminati oleh peserta. Program Kampung Hotikultura yang disampaikan Direktur Buah dan Florikultura Dr. Liferdi Lukman sangat menarik. Karena Dinas Pertanian yang menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi tersebut, maka Dinas Pertanian di daerah diharapkan lebih aktif dalam memberikan pelayanan tersebut.
Yang ketiga adalah Informasi teknis di lapangan dalam memelihara tanaman. Buah tropis rentan terhadap kondisi tropis yang panas dan kelembaban tinggi sehingga memerlukan perlakuan tertentu. Selain itu hama buah di daerah tropis juga lebih banyak.
Buah di Indonesia sebagian besar diproduksi oleh rumah tangga, hanya sedikit yang berupa perkebunan dan usaha skala besar. Sistem pemasaran menjadi sangat penting dalam mengembangkan produk, kualitas dan kuantitas serta keseluruhan sistem industri buah. Ini merupakan PR terbesar dan tersulit.