Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pancasila Dasar Negara

Kursus Presiden Soekarno Tentang Pancasila

1 Pembaca
Rp 68.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 204.000 13%
Rp 58.933 /orang
Rp 176.800

5 Pembaca
Rp 340.000 20%
Rp 54.400 /orang
Rp 272.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Seorang filsuf konfusius Cina mengatakan bahwa dibutuhkan tiga unsur yang menyatu untuk membentuk sebuah negara yang kuat. Tentara yang kuat, pangan yang cukup, dan kepercayaan yang kuat. Sekitar tahun 1960-an, Indonesia pernah mengalami menjadi negara yang kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat. Meski minus di bidang pangan, saat itu Indonesia mampu merebut Irian Barat dan memimpin negara-negara nonblok.

Hari ini, Indonesia mempunyai TNI-Polri yang kuat, pangan yang semakin baik, namun minus kepercayaan rakyat. Indonesia tengah dilanda krisis kepercayaan. Salah satunya kepercayaan apakah Pancasila sebagai ideologi, sebagai dasar negara, adalah yang paling pas dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Sebagian rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat permersatu bangsa.

“Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar Pancasila itu.”

Pancasila Dasar Negara: Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila. Sebuah buku yang disusun untuk membangun kembali kepercayaan rakyat, bahwa Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang benar. Ilmu yang kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno. Dengan kita mempelajari kembali, diharapkan dapat mengembangkan Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.

Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam Kursus (Pendahuluan) Presiden tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal 26 Mei 1958, “Kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini, Saudara-saudara, membuktikan sejelas-jelasnya bahwa jikalau tidak di atas dasar Pancasila kita terpecah belah, membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasilalah yang dapat tetap mengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita.”

Saya Indonesia, saya Pancasila!

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Dr. (HC). Ir. Soekarno

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023866267
Terbit: Februari 2023 , 193 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Seorang filsuf konfusius Cina mengatakan bahwa dibutuhkan tiga unsur yang menyatu untuk membentuk sebuah negara yang kuat. Tentara yang kuat, pangan yang cukup, dan kepercayaan yang kuat. Sekitar tahun 1960-an, Indonesia pernah mengalami menjadi negara yang kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat. Meski minus di bidang pangan, saat itu Indonesia mampu merebut Irian Barat dan memimpin negara-negara nonblok.

Hari ini, Indonesia mempunyai TNI-Polri yang kuat, pangan yang semakin baik, namun minus kepercayaan rakyat. Indonesia tengah dilanda krisis kepercayaan. Salah satunya kepercayaan apakah Pancasila sebagai ideologi, sebagai dasar negara, adalah yang paling pas dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Sebagian rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat permersatu bangsa.

“Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar Pancasila itu.”

Pancasila Dasar Negara: Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila. Sebuah buku yang disusun untuk membangun kembali kepercayaan rakyat, bahwa Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang benar. Ilmu yang kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno. Dengan kita mempelajari kembali, diharapkan dapat mengembangkan Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.

Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam Kursus (Pendahuluan) Presiden tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal 26 Mei 1958, “Kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini, Saudara-saudara, membuktikan sejelas-jelasnya bahwa jikalau tidak di atas dasar Pancasila kita terpecah belah, membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasilalah yang dapat tetap mengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita.”

Saya Indonesia, saya Pancasila!

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Sejarah berulang, dengan konteks yang berbeda. Situasi negara Republik Indonesia, pada saat ini mirip seperti sekitar tahun 1950-an sampai sebelum keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Masa itu adalah masa perpecahan ideologi, puncaknya di sidang Konstituante, di mana satu pihak tetap menghendaki Pancasila sebagai dasar negara, di pihak lain menghendaki dasar agama.

Di luar sidang Konstituante ada pemberontakan di Aceh, Sumatra Barat, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku. Padahal pada saat itu Papua (Irian Barat) masih dijajah Belanda dan Pemerintah RI ingin merebut kembali. Masing-masing partai berebut pengaruh untuk merebut kekuasaan.

Universitas Gadjah Mada (UGM) pada saat itu menyadari betul bahaya untuk terjadinya perpecahan sesama anak bangsa. Untuk mencerahkan negara yang dalam ambang perpecahan Universitas Gadjah Mada mengadakan Seminar Pancasila 16-20 Februari 1959. Tinjauan secara akademik, muncul sebagai salah satu kesimpulan seminar yaitu Pancasila sebagai dasar negara tidak perlu diperdebatkan lagi.

Bagi UGM, Pancasila sebagai dasar negara bukan barang baru. Pidato 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila sudah diakui dengan pemberian gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) oleh bagi Presiden Sukarno pada tanggal 19 September 1951 dalam bidang Hukum, karena pidato tersebut. Dasar pemberian gelar DR HC berdasar analisis akademik yang mendalam, dan dibacakan oleh Promotor Prof. Drs Notonagoro.

Pada juli 1947, dua tahun setelah pidato 1 Juni 1945, pemerintah mengeluarkan buku Lahirnya Pancasila 1 Juni1945, dengan kata pengantar Dr. Rajiman Wedyodiningrat, pimpinan sidang BPUPK pada saat itu. Makam sang Ketua Sidang itu beberapa tahun yang lalu dipindah ke makam Mlati, Yogyakarta, berjejer dengan makam dr. Wahidin Sudirohusodo. Buku tersebut dicetak ulang oleh UGM dalam Majalah Pendidikan dan Pembangunan “Djiwa Baru” tahun 1953.

Dalam Statuta dan Peraturan di UGM, salah satu dasar nilai filosofi UGM adalah Pancasila dan kebudayaan Indonesia seutuhnya.

Kejadian akhir akhir ini menunjukkan sejarah berulang dengan konteks yang berbeda. Kalau pada sidang BPUPK perbedaan ideologi diselesaikan di ruang sidang. Pada tahun 50-an, perbedaan ideologi digelar di ruang sidang dan pemberontakan bersenjata di daerah. Hari ini, perbedaan ideologi digelar di ruang sidang, demonstrasi massa, dan di lapangan media sosial. Kalau sebelumnya gerakan masih bersifat nasional dengan bantuan asing (dengan malu-malu), tetapi sekarang betul-betul bersifat transnasional dan secara transparan, nyata-nyata disponsori asing.

Bung Karno mengutip pemikiran filsuf Cina Konfusius, bahwa untuk negara yang kuat memerlukan tiga unsur yang menyatu, yaitu tentara yang kuat, pangan yang cukup, dan kepercayaan rakyat yang kuat. Teori ini terbukti sampai sekarang. Sebagai contoh negara kuat seperti Cina, Amerika Serikat, Jerman, dan lain-lain, tiga unsur itu menyatu. Indonesia pernah mengalami menjadi negara kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat sekitar tahun 1960-an, minus pangan; sehingga Indonesia mampu merebut Irian Barat, memimpin negara-negara nonblok.

Hari ini kita mempunyai TNI POLRI yang kuat, pangan yang semakin baik, tetapi digoyang dalam kepercayaan. Salah satunya adalah tidak percaya kalau Pancasila Dasar Negara adalah yang pas dan terbaik bagi bangsa Indonesia. Sebagian rakyat juga tidak percaya Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu, kursus Pancasila kali ini bertujuan untuk membangun kembali kepercayaan rakyat bahwa Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang benar. Ilmu itu kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno.

Dalam kursus ini kita belajar bersama Pidato Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, kemudian baru belajar asal muasal terjadinya 5 sila. Pengertian yang banyak dilupakan orang kita ingat-segarkan lagi, yaitu pengertian Pancasila sebagai meja statis dan leitstar dinamis. Pancasila sebagai dasar statis adalah kepribadian bangsa yang bisa mempersatukan bangsa yang menduduki lebih dari 17.000 pulau, 1000 etnik, 800 bahasa ibu, dengan pelbagai kepercayaan. Pancasila sebagai leitstar dinamis (bintang pimpinan), arah petunjuk, untuk menuju Indonesai yang adil makmur, material dan spiritual, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Buku kursus ini diambil dari buku Pancasila Dasar Negara, Kursus Presiden Sukarno tentang Pancasila, yang diterbitkan oleh Pusat Studi Pancasila UGM dan Yayasan TIFA tahun 2008.

Diharapkan dengan ilmu yang didapatkan dalam buku dan kursus Pancasila kali ini, dapat dikembangkan Pancasila sesuai dengan konteks situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.

Saya Indonesia, saya Pancasila
Panitia
Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K)

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pidato Lahirnya Pancasila
Bab II Pancasila Sebagai Dasar Negara
Bab III Ketuhanan Yang Maha Esa
Bab IV Kebangsaan
Bab V Perikemanusiaan
Bab VI Kedaulatan Rakyat
Bab VII Keadilan Sosial, Revolusi Berdasarkan Pancasila