Gaya hidup sehat dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup dan daya tahan tubuh, terlebih di tengah situasi pandemi saat ini. Kita dituntut untuk senantiasa menjaga kesehatan dengan rutin berolahraga, menerapkan protokol kesehatan, dan menjaga asupan makanan sehari-hari, terutama makanan kemasan.
Produk makanan dalam kemasan harus diwaspadai, karena biasanya tinggi gula, garam, dan lemak, serta mengandung pemanis buatan, pewarna, penguat rasa, pengemulsi, maupun pengawet. Untuk itu, perlu sekali memperhatikan label pada kemasan, agar kita mengetahui jenis dan bahan makanan olahan yang tidak sehat serta tidak aman untuk dikonsumsi.
Kebiasaan membaca label pada produk kemasan ini melahirkan sebuah gerakan yang disebut ‘clean label’ yang mendorong industri makanan global untuk menyederhanakan daftar bahan makanan yang digunakan. Selain itu, produsen juga diminta transparan mengenai bahan makanan apa saja yang digunakan di dalam pembuatan serta proses manufakturnya.
Berdasarkan survey yang dilakukan FMCG Gurus, 70% konsumen Indonesia telah familiar dengan istilah ‘clean label’ dalam konteks makanan dan minuman. Ketika ditanya bagaimana pendapat mereka, 81% mengatakan bahwa produk makanan tersebut bebas sintetik, 78% mengatakan produk ‘clean label’ non-GMO, 77% mengatakan ramah lingkungan, 75% mengatakan bebas dari zat aditif, dan 74% mengatakan bahwa produk tersebut berbahan alami.
Dalam studi yang sama juga terungkap bahwa 71% konsumen Indonesia memperhatikan penggunaan pewarna makanan alami pada makanan dan minuman. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen akan produk yang lebih alami dan lebih bersih semakin berkembang. Untuk memenuhi permintaan konsumen akan produk 100% clean label, produsen memiliki pilihan dalam menggunakan bahan pewarna makanan. Selain dibuat dari sumber alami, seperti tumbuhan, buah-buahan dan sayuran.
