Menapaki perjalanan label Doris Dorothea (DD), Fara Shahab bersama suami tercinta Riza Shahab membangun bisnis dari nol dengan modal awal Rp100 juta dari pinjaman sang mertua.
Meskipun mewarisi legacy kejayaan bisnis orang tua, perusahaan kulit reptile, Cardina, keduanya bertekad tak mendompleng nama besar tersebut lewat membawa napas baru yang sesuai zaman. Ibu dua putri ini secara transparan mengungkapkan sengaja terlebih dahulu memasarkan Doris Dorothea (DD) ke mancanegara, karena ingin menunjukkan Indonesia sebagai produsen high end goods di kancah internasional. Sekarang DD sudah ada di tujuh negara di Timur Tengah dan telah memiliki reseller. Ikuti perbincangan hangat Women’s Obsession dengan perempuan kelahiran 13 Agustus 1989 ini di ruang kerjanya yang nyaman.
Perjalanan dan tantangan DD saat terjun ke pasar Internasional ? Dari sejumlah negara di berbagai belahan dunia yang dijajaki, alhamdulillah, market di Timur Tengah yang paling banyak peminat DD. Imej tas exotic skin di sana adalah leather goods. Waktu dan momen kemunculan DD juga tepat sesuai perkembangan tren di sana. Namun, saat awal mem-branding yang paling menantang adalah DD sebagai handbag brand pertama buatan Indonesia, diasosiasikan dengan stereotipe masalah TKI kita di sana. Kami pantang menyerah, kualitas produk menjadi pemikat yang tak bisa dibohongi. Kami memulai di sana pada 2014 dan sejak 2016, alhamdulillah, handbag exotic skin kami menjadi nomor satu dari benua Asia mengalahkan brand kenamaan asal Thailand.
Perkembangan bisnis DD selama lima tahun ini? Setiap tahun, selalu ada margin pertumbuhan sebagai indikator suatu bisnis dalam kondisi sehat. Mengingat DD tak hanya terpaku pada penjualan tas berbahan kulit, juga ada unit usaha lainnya. Seperti suplai exotic skin ke perusahaan internasional, konsultasi brand dari mancanegara, dan corporate gift.
