Tampilkan di aplikasi

Sindrom andropause bisnis

Majalah Eksekutif - Edisi 449
18 Desember 2017

Majalah Eksekutif - Edisi 449

Tema uraian ini sedikit bersifat “analogis”, namun secara esensial fenomena bisnis yang terjadi menunjukkan banyak “kebenaran” ke arah pokok pembahasan yang dimaksud.

Eksekutif
Ada sebuah fenomena menarik jika kita mengamati perkembangan dan dinamika kehidupan bisnis, khususnya yang terjadi di tanah air. Tema uraian ini sedikit bersifat “analogis”, namun secara esensial fenomena bisnis yang terjadi menunjukkan banyak “kebenaran” ke arah pokok pembahasan yang dimaksud.

Fenomena menarik itu, terutama jika dikaitkan dengan isu kaderisasi, atau lebih luas lagi menyangkut suksesi kepemimpinan dalam sebuah organisasi bisnis. Fenomena semacam ini jangankan yang “seekstrem” Sampoerna atau Djarum sungguh jarang terjadi di berbagai organisasi bisnis atau perusahaan di Indonesia.

Pertanyaannya, fenomena semacam itu sekadar menyangkut isu kaderisasi sebagai sebuah kebutuhan mendasar organisasional, ataukah ada terselip “isu dan fenomena” spesifik lain? Fenomena yang dimaksud berupa sebuah sindrom, yaitu semacam kumpulan gejala yang disebut sebagai “sindrom andropause bisnis”.

Sindrom ini sesungguhnya sebuah terminologi di bidang medis, sebuah sindrom yang mirip terjadi pada wanita, yaitu menopause. Andropause sendiri diartikan sebagai terhentinya fungsi fisiologis pria (baca: Andropause atau PADAM, Dr. dr. Susilo Wibowo, M.S. Med, DS Amd, 1998). Andropause berasal dari kata Yunani, andro yang berarti pria dan pause, penghentian.

Uraian bersifat analogis ini menjadi relevan tatkala kita perhatikan beberapa hal berikut: pertama, komunitas elite bisnis kita, diakui atau tidak, sampai saat ini, masih didominasi oleh kaum pria (meski di sana-sini mulai muncul pemimpin puncak atau pemilik grup bisnis berasal dari kaum wanita).
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI