Idrus lahir dan dibesarkan di keluarga yang sangat sederhana (kalau tidak dibilang keluarga miskin). Kedua orang tuanya mengandalkan hidup dari bertani pada sepetak sawah berukuran kecil. Keduanya juga tak jarang menjadi buruh tani di kampungnya. “Semua itu ayah dan ibu saya lakukan demi untuk menghidupi keluarga,” ujar Idrus mengenang masa-masa hidup di kampungnya dulu.
Perjalanan hidup Idrus layak disebut sebagai perjalanan hidup seorang pejuang yang pantang menyerah. Pejuang bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi organisasi aktivis, bahkan pejuang bagi partai politik. Bermula dari kehidupan yang serba pas-pasan, kini ia menikmati kehidupan yang sangat mapan, sebagai Menteri Sosial. Perjalanan hidup pria yang selalu tampil rapi ini sungguh menarik untuk disimak.
Siang itu, di ruang kerjanya di bilangan Salemba, Jakarta Pusat, Menteri Sosial Pemerintahan Presiden Jokowi -Jusuf Kalla ini tak sungkan-sungkan menceritakan perjalanan hidupnya yang cukup getir kepada S.S. Budi Rahardjo, Abdul Kholis, dan fotografer Yul Ardansyah dari Majalah eksekutif. Ia bercerita, berbagai macam pekerjaan di kampung Idrus kecil lakoni, mulai dari menjual rumput untuk pakan ternak, menggali pasir di sungai untuk dijual pada pengepul, sampai menjual kue olahan ibunya sambil bersekolah.
Semua itu ia jalani demi untuk bisa bertahan hidup. “Jadi, waktu masih SD, malam ibu saya bikin kue, paginya saya jualan sambil sekolah,” kisahnya. Di mata para sahabatnya, perjalanan Idrus Marham tak hanya menginspirasi banyak orang, namun juga sangat kental dengan jiwa religius dan sikapnya yang konsisten. “Orangnya, rajin sholat tahajud,” ungkap Hussen Gani Maricar, salah seorang sahabatnya sejak masih muda.
