Tampilkan di aplikasi

Buku Fatiha Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Merah Putih Mengalir di Darahku

1 Pembaca
Rp 63.000 10%
Rp 57.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 171.000 13%
Rp 49.400 /orang
Rp 148.200

5 Pembaca
Rp 285.000 20%
Rp 45.600 /orang
Rp 228.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Fakri Ajisaka, seorang remaja sekolah yang ingin menyumbangkan bakatnya untuk Indonesia. Namun, dia sangat membenci paskibra. Dia anak seorang jendral, namun perilakunya jauh dari ayahnya saat remaja. Menurutnya, paskibra hanyalah ajaran para penjajah dahulu yang bisanya membentak dan memaksa. Namun, sekarang Indonesia malah menjunjung dan membesarkan ajaran itu. Fakri sendiri bingung dengan tabiat negaranya sendiri. Sebisa mungkin Fakri menghindari paskibra dan bala tentaranya, seperti pramuka, PBB, dan upacara. Namun seperti jebakan, semakin jauh Fakri menghindar, justru paskibra semakin menempel. Guru di sekolahnya selalu memberi amanah kepada dirinya untuk menjadi pasukan paskibra. Dia menjalankannya, namun hatinya tidak menerima.

Suatu hari, ayahnya memberi tantangan, jika dia berhasil mendapatkan piagam paskibra, maka ayahnya akan sangat bangga. Sampai berliter-liter keringat Fakri memperjuangkan piagam itu, namun ketika piagam akan diserahkan kepada ayahnya tercinta, ayahnya telah gugur dengan membawa harum nama bangsa. Sia-sia? Tidak! Justru Fakri sadar, banyak ilmu yang telah diperoleh dari paskibra. Sekarang dia tahu bahwa pramuka dan paskibra tidak selalu membentak dan memaksa seperti yang dia pikirkan dulu. Banyak ilmu yang ternyata lebih luas dari sekedar gerakan. Dirinya sadar, menyelamlah agar engkau tahu apa yang kau maksud batu, ternyata berlian. Sekarang Fakri bertekad untuk menjadi orang yang tangguh seperti ayahnya, orang yang benar-benar mengabdi kepada bangsanya hingga mati.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Alfian Larong
Editor: Fatiha el-Kayyis

Penerbit: Fatiha Media
ISBN: 9786234100105
Terbit: November 2021 , 270 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Fakri Ajisaka, seorang remaja sekolah yang ingin menyumbangkan bakatnya untuk Indonesia. Namun, dia sangat membenci paskibra. Dia anak seorang jendral, namun perilakunya jauh dari ayahnya saat remaja. Menurutnya, paskibra hanyalah ajaran para penjajah dahulu yang bisanya membentak dan memaksa. Namun, sekarang Indonesia malah menjunjung dan membesarkan ajaran itu. Fakri sendiri bingung dengan tabiat negaranya sendiri. Sebisa mungkin Fakri menghindari paskibra dan bala tentaranya, seperti pramuka, PBB, dan upacara. Namun seperti jebakan, semakin jauh Fakri menghindar, justru paskibra semakin menempel. Guru di sekolahnya selalu memberi amanah kepada dirinya untuk menjadi pasukan paskibra. Dia menjalankannya, namun hatinya tidak menerima.

Suatu hari, ayahnya memberi tantangan, jika dia berhasil mendapatkan piagam paskibra, maka ayahnya akan sangat bangga. Sampai berliter-liter keringat Fakri memperjuangkan piagam itu, namun ketika piagam akan diserahkan kepada ayahnya tercinta, ayahnya telah gugur dengan membawa harum nama bangsa. Sia-sia? Tidak! Justru Fakri sadar, banyak ilmu yang telah diperoleh dari paskibra. Sekarang dia tahu bahwa pramuka dan paskibra tidak selalu membentak dan memaksa seperti yang dia pikirkan dulu. Banyak ilmu yang ternyata lebih luas dari sekedar gerakan. Dirinya sadar, menyelamlah agar engkau tahu apa yang kau maksud batu, ternyata berlian. Sekarang Fakri bertekad untuk menjadi orang yang tangguh seperti ayahnya, orang yang benar-benar mengabdi kepada bangsanya hingga mati.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada semesta alam Sholawat salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Baginda Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapat syafaatnya di hari akhir kelak, amiin.

Akhir-akhir ini banyak pemuda tanah air yang kurang peduli dengan bangsanya sendiri. Bahkan orang akan bangga ketika menginjakkan kakinya di tanah paris daripada di daerah-daerah indinesia sendiri. Anak-anak muda akan takjub melihat pesona negara korea daripada pesona negeri sendiri. Mereka tak bisa disalahkan, karena mereka juga meniru orang-orang sebelum mereka, atau juga tokoh ternama di indonesia sendiri.

Orang-orang hanya menceritakan kalau indonesia negeri yang terbelakang, kurang maju, pejabatnya rusak, terlalu banyak perbedaan dan rusuh. Mereka jarang diceritakan betapa indahnya laut-laut yang menyimpan seperempat jenis ikan-ikan di dunia. Mereka juga tidak diceritakan bahwa banyak negara-negara lain yang mengidamkan negara seperti indonesia, remaja sekarang juga lupa kalau ternyata pendahulu-pendahulu mereka manusia-manusia yang tangguh.

Novel ini akan membangkitkan kembali semangat-semangat remaja Infonesia yang hampir lumpuh. Menanamkan rasa nasionalisme yang kuat, juga mengagumi keragaman yang ada.

Berjuang tidak selalu berperang ataupun memberikan mendali emas, perak, perunggu, kepada bangsa. Tetapi dengan bakat yang kecilpun bisa membuat indonesia kembali menerjangkan garudanya Sosok Fakri dalam cerita ini, ingin membuktikan bahwa dengan semangatnya yang mungkin akan ditertawakan banyak orang, mampu menambah angin-angin ibu pertiwi untung mengibarkan merah putihnya.

Satu hal yang sebenarnya ingin Fakri tunjukkan dalam cerita ini. Bukan kecerdasan, otot, maupun keahlian yang bisa mengukuhkan bangsa ini. Namun kecintaan yang kuat terhadap negara ini yang harus di tanamkan dalam hati.

Tidak dikenang tak menjadi masalah, namun jika sampai cinta fakri kepada negerinya pupus karena perjuangannya tak di hargai, itu yang akan menjadi masalah. Kecintaan Fakri kepada negerinya tulus, seperti pahlawan yang mati tak dikenal yang dulu ikut berjuang sampai titik darah penghabisan.

Mari berlayar bersama fakri. Kita lihat pesona-pesona indonesia yang banyak diperebutkan negara lain saat itu. Tuhan telah memenangkan kita untuk menempati negara yang jadi dambaan banyak manusia. Kita yang diizinkan lahir dan tumbuh di surga dunia ini, harus banyak bersukur.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu pertiwi. Dari tanah airnya ini penulis makan dan minum. Hingga tumbuh menjadi dewasa, lalu bisa berfikir, kemudian merusak tanah air yang telah membesarkannya sendiri.

Terima Kasih Tuhan telah melahirkan saya di indonesia. Dan Engkau telah menghiasi negeri indonesia dengan keindahan.


Penulis

Alfian Larong - Alfian Nurul Hikam yang mempunyai nama pena Alfian Larong. Nama pena itu ditemukan saat sedang minum kopi. Beberapa karyanya sudah diluncurkan dalam beberapa perlombaan. Alhamdulillah ⅛ karyanya ada yang berhasil mendapat nomor, yang lainnya gagal. Sebenarnya bukan gagal, hanya saja jurinya yang kurang mengerti... hahaha... canda. Lahir di Blora, 14 Januari 2002. Sejak kecil suka membaca cerita dan puisi-puisi. Saat MTs mulai mendalami puisi. Baru-baru kelas 2 MA kenal novel dan menyelami banyak cerita hingga akhirnya tertarik untuk menulis. Menurutnya menulis bukan sekedar membuat karyanya dikenal dan disukai orang lain, tetapi ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu mendapat banyak ilmu dari menulis. Sebelum menulis otomatis kita akan banyak mencari referensi dari membaca, dari situlah kita mendapat banyak pelajaran dan pengalaman. Baik dari segi ilmu agama, sejarah, sains, dan ilmu pasti seperti matematika dan fisika, ilmu ghoib maupun nyata.

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pramuka Membunuhku!
Petugas Upacara
Latihan Upacara
Upacara Dimulai!
Skor 2:1
Paskibra Membunuhku
Ngopi Malam
Menolak Paskibra
Latihan Pertamaku
Anton Sang Penjengkel
Hari yang Baik
Hari yang Buruk
Futsal
Voli
Suara Ayah yang Kurindukan
Tak Ada Lagi Teman
Jiwa yang Memberontak!
Bersatunya Kopi dan Gula
Air Mata yang Kembali Menetes
Lintasan Masa Itu
Detik-Detik Menuju Peperangan
Perang Dimulai
Biografi Penulis
Cover