Sorban Ustadz Yahya

Melihatmu sudah menjadi hobi baruku. Mencintaimu adalah kewajibanku. Merindumu bagaikan candu. Dulu, aku sempat putus asa. Dikala ada perempuan lain yang diam-diam mencintaimu dan aku tahu itu. Masih kuingat ketika kau menjawab pertanyaan tentang istri idamanmu. Sholehah, Hafidzoh, pandai, rajin dan yang pasti mau menemanimu dikala suka maupun duka. Jawabmu itu sangat tepat dengan deskripsi perempuan yang mencintaimu dalam diam. Aku mah apa menusia yang jauh dari kata sempurna. Sempatku menyerah, namun kau datang seolah menyemangatiku untuk terus maju. Aku lelah jika cintalu padamu hanya bertepuk sebelah tangan tanpa balasan apalagi kepastian. Kosong, hampa dan sepi. Aku pernah cemburu ketika kamu mulai asik dengannya membahas tentang literasi. Yah mungkin kau menganggapnya sebagai anak didikmu. Tapi tidak bagiku, dia perempuan yang berharap banyak padamu layaknya aku. Sampai sebuah buku yang ia tulis terbit, berkisah tentangmu. Ahh beginiukah rasanya mencintai seseorang yang juga dicintai orang lain.