Tampilkan di aplikasi

Restorasi kuras emosi

Majalah Hai - Edisi 35/2016
2 September 2016

Majalah Hai - Edisi 35/2016

Film Tiga Dara emang bukan film Indonesia pertama yang direstorasi. Tapi, untuk restorasi dalam format 4K, ya, Tiga Dara memang yang pertama. Bukan cuma se-Indonesia, tapi juga bahkan se- Asia. Perjuangannya pun, sampai berdarah-darah.

Hai
Berdarah-darah’. Terdengar lebay memang, tapi itu mungkin istilah yang tepat buat menggambarkan pengorbanan Taufiq Marhaban (PT Render Digital Indonesia), Yoki Soufyan (SA Films), Alex Sihar, Rizka F Akbar, Gery Simbolon, Lintang Gitomartoyo, dan belasan nama lain dalam melakukan restorasi film Tiga Dara (Usmar Ismail, 1956). Soalnya, proyek restorasi ini dilakukan bukan buat kepentingan komersil semata, melainkan justru buat menggapai kepentingan-kepentingan lainnya yang lebih mendalam dan –ehem, bikin baper alias bawa perasaan.

Serius! Salah satunya adalah kepentingan idealisme dalam menjaga aset sejarah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Begini, kalo lo tahu nama bapak Usmar Ismail yang bikin film Tiga Dara, lo pasti tau juga siapa beliau. Yap, beliau adalah Bapak Perfilman Nasional, yang bahkan tanggal syuting pertama salah satu filmnya berjudul Darah dan Doa, dijadikan patokan Hari Film Nasional pada 30 Maret setiap tahun. So, kebayang, dong, betapa melegendanya tokoh perfilman yang menghembuskan napas terakhirnya pada 1971 silam ini?

“Menyelamatkan karyanya Usmar adalah hal yang penting. Tapi bukan cuma itu, karena Tiga Dara cukup berbeda dari film-film sebelumnya,” ungkap Alex Sihar, salah satu Produser Eksekutif dari proyek restorasi Tiga Dara. “(Tiga Dara) itu musikal, nyanyi-nyanyi, pop banget. Di film ini, dia juga melibatkan orang-orang penting. Saiful Bahri, komponis besar Indonesia, tujuh dari sepuluh lagu dari film ini itu dibikin sama dia,” lanjutnya. Bukan Pertama Dijelasin sama Alex, filmfilm Usmar Ismail sebelum Tiga Dara itu jauh lebih ‘nyeni’ alias merupakan film-film arthouse. Film-film yang sarat akan idealisme seorang Usmar sendiri dan jauh lebih serius. Film yang emang keren banget, tapi susah buat dijual ke publik dan dijadikan komersial.
Majalah Hai di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI