Tampilkan di aplikasi

KH Abdul Qoyyum Mansur: “Nu harus kembali pada spirit pendirinya”

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/XXX
4 Maret 2019

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/XXX

Pondok Pesantren an-Nur yang diwarisi dari kakeknya, telah banyak menelurkan tokoh lokal maupun nasional.

Hidayatullah
Tak terelakkan, menjelang pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) di negeri ini, kondisi umat Islam menjadi terbelah. Ada fenomena tarik-menarik dan dukungmendukung. Suara umat Islam yang amat besar memang bisa menjadi faktor penentu kemenangan kontestan. Perlu suara jernih, agar keterbelahan ini tak makin tajam. Salah satu yang dianggap bersuara jernih itu adalah KH Abdul Qoyyum Mansur (48 tahun), pengasuh Pondok Pesantren an-Nur Lasem, Rembang.

Namanya barangkali belum begitu dikenal di tingkat nasional. Namun di wilayah Jawa Tengah, ketokohannya tak diragukan lagi. Kediamannya di Lasem kerap kedatangan tokoh-tokoh, baik lingkup regional maupun nasional. Termasuk salah satu pasangan calon presiden Indonesia. Di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), Gus Qoyyum sapaan akrabnya terbilang “darah biru”.

Kakeknya termasuk kiai yang terlibat dalam proses berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Kakeknya (KH Kholil Mashuri) adalah kawan dekat KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Ia juga punya hubungan nasab dengan KH Sahal Mahfudz, mantan Rais ‘Aam PBNU. Adapun Ketua Umum PBNU sekarang, KH Said Agil Siradj, juga kerabat dekatnya.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI