Desain bangunan itu nampak seperti kafe masa kini. Hampir seluruh bangunan terbuat dari struktur baja, dengan arsitektur bergaya industrial. Terdapat juga kedai makanan dan minuman, ditambah suasana asri yang cukup menarik perhatian anakanak muda. Bangunan yang berlokasi di Jalan Nitikan, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta itu sering dipenuhi ratusan anak muda. Bukan untuk nongkrong atau ngerumpi, tetapi menyimak pengajian. Terdapat tirai panjang sebagai pemisah lakilaki dan perempuan.
Teras Dakwah, demikian tertulis di depan bangunan itu. Ini adalah basecamp anakanak muda dari dalam dan luar Jogja. Mereka mengaji, berdiskusi, dan menambah wawasan keislaman. Nampak di antara mereka ada pemuda yang bertato di lengannya, namun ada pula yang sudah memiliki tanda sujud di keningnya. “Kajian dan diskusi seperti ini rutin kami lakukan sepekan sekali. Yang hadir sebagian besar adalah anak muda dari berbagai kalangan,” ujar Akhid Subiyanto, ketua sekaligus salah satu pendiri lembaga sosial itu.
Menurutnya, Teras Dakwah tidak membawa bendera ormas atau harakah manapun. Yang hadir dalam acara dan berbagai kegiatan pun anakanak muda dari beragam latar belakang. “Ustadz-ustadz yang kami hadirkan untuk mengisi kajian dari berbagai harakah. Dari NU, Muhammadiyah,hinggaSalafi. Harakah mana saja yang penting masih Ahlus-Sunah wal-Jama’ah,” teranya. Teras Rumah Jauh sebelum ada Teras Dakwah, sepanjang tahun 2003 hingga 2005, Akhid dan kawankawan seringkali membuat pengajian kecilkecilan dari masjid ke masjid. Ia dan kawankawan kerap mengajak anakanak muda agar aktif dan meramaikan masid untuk shalat berjamaah hingga kajian rutin.
