Tampilkan di aplikasi

Start & finish di Baitul Maqdis

Majalah Hidayatullah - Edisi 01/XXXI
2 Mei 2019

Majalah Hidayatullah - Edisi 01/XXXI

Para ahli kini meng hadirkan solusi yang lebih komprehensif. / Foto : HOSNY SALAH/PIXABAY

Hidayatullah
Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Itulah sebab nya, perannya dalam diplomasi internasional senantiasa diharapkan. Apalagi jika itu terkait dengan nasib dan kondisi umat Islam di berbagai negara.

Namun jika mencermati data sejarah, ternyata diplomasi Indonesia seringkali pasang-surut. Amat tergantung kepada “arah angin” kepentingan yang bertiup, dan penguasa yang memegang tampuk pemerintahan.

Dalam konteks dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, misalnya, dulu Indonesia amat gigih mendukungnya. Namun belakangan, dukungan itu goyah atau kurang jelas.

Padahal Indonesia punya “utang sejarah” dengan Palestina. Apalagi amanah konstitusi dalam Pembukaan UUD 1945 pun jelas bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…” Lantas bagaimana sikap terhadap Zionis Israel yang jelas-je las telah merampok tanah Palestina? Dukungan Indonesia kepada kemerdekaan Palestina pun sejauh ini cenderung menga mini alur two state solution (solusi dua Negara Palestina & Israel).

Sebuah upaya di plomasi yang hingga kini tak jelas ujung pangkalnya. Para ahli kini menghadirkan solusi yang lebih komprehensif. Yakni diplomasi yang start dan finish di Baitul-Maqdis. Bagaima napenjelasan nya? Baitul-Maqdis adalah pusat barakah. Dan barakah ini akan bisa mengalirkan perdamaian dan stabilitas ke seluruh dunia. Selama ka wasan ini masih terjajah, maka dunia akan terus dirundung konflik.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI