Tampilkan di aplikasi

Akmal Sjafril, 20 tahun perang melawan libelarisme

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/XXXII
2 Maret 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/XXXII

Akmal Sjafril

Hidayatullah
Hatinya resah ketika slogan bernada liberal mulai bermunculan di Indonesia. Seperti ‘semua agama benar' atau 'Tuhan tidak perlu dibela'. Slogan itu banyak memakan korban, khususnya orangorang yang pendidikan agamanya kurang, sehingga mereka salah dalam memahami Islam.

Akibatnya, slogan-slogan seperti itu diterima begitu saja, seolah semua kebenaran mutlak serta tak terbantahkan lagi. “Padahal, basis logikanya sangat-lah lemah. Mirisnya lagi, tidak banyak aktivis dakwah yang merespon pada awal kemunculannya,” kata Akmal Sjafril, Pegiat komunitas Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) atau dikenal dengan ITJ, membuka kisahnya dalam perang melawan liberalisme.

Ia pertama kali tertarik dengan wacana Islam liberal ketika sedang menempuh studi S1 Teknik Sipil di ITB. Hal yang membuatnya tergelitik adalah, karena para pendukungnya selalu mengatasnamakan rasionalitas, logika, dan semacamnya.

“Saya sendiri, sebagai mahasiswa sains, tidak asing lagi dengan rasionalitas dan logika, tapi jalan pikiran saya dan teman-teman saya tidak seperti mereka. Dan setelah saya selidiki, hampir semua pendukung Islam liberal itu, memang tidak punya latarbelakang sains yang kuat. Itu pada awal tahun 2000-an,” beber pria kelahiran Jakarta, 14 Juni 1981 ini.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI