Siapa yang tak senang jadi pemenang? Lihat saja, orang-orang begitu riuh berlomba untuk meraihnya. Apalagi kerap disangka kemenangan itu sama dengan kekuasaan. Atau dikira jembatan meraih kedudukan tinggi dan fasilitas yang melimpah.
Orang-orang seperti itu tampaknya lupa bahwa kemenangan di dunia sifatnya fana. Usianya singkat dan tak akan digenggam selamanya.
Bagaimana dengan kemenangan dakwah? Inilah kemenangan sejati orang beriman.
Kemenangan seperti ini merupakan keberuntungan yang hanya didapat oleh orang-orang yang istiqamah di jalan hidayah. Hari-harinya sibuk menapaki dakwah. Bukan tidak peduli dengan urusan dunia, tetapi semua aktivitasnya sudah melebur dalam orientasi Akhirat.
Salah satu indikator kemenangan sejati itu ada dalam Surat al-Fatihah: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Sepenuhnya bernilai ibadah, seluruhnya tegak di atas jalan yang lurus (shirath al-mustaqim).
Itulah kemenangan yang berarti ketundukan pasrah kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Surat al-Fatihah adalah panduan meraih kemenangan hakiki. Kemenangan yang hanya bisa diraih secara berjamaah. Kemenangan masyarakat yang terpimpin. Kemenangan peradaban Islam.
Mari kita buka pintu gerbang kemenangan itu.*
