Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Kamis, 20 Januari 2022
Gratis
Ganti Anggota DPR Pak!
KIAN lama, anggota DPR kian aneh. Sukanya berisik untuk hal-hal yang tak substantif. Giliran diminta menyalurkan suara rakyat pada mingkem karena kuasa partai politik.
Kemarin, mereka berisik lagi saat rapat dengan Menteri Sosial. Ada yang tersinggung dengan pernyataan Sekjen Kemensos soal kunjungan kerja Menteri Tri Rismaharini ke daerah. Kebetulan, daerah itu jadi dapil Ace Hasan Syadzily. Alhasil, sang sekjen pun terusir dari ruang rapat.
Giliran menyalurkan suara rakyat, mereka ogah. Tengok, UU Ibu Kota Negara (IKN) diselesaikan hanya dalam 16 jam! Seakan tak hirau dengan suara rakyat yang merasa memulihkan ekonomi di tengah pandemi jauh lebih penting daripada membangun ibu kota baru.
Yang menarik dalam rapat dengan Kemensos itu, muncul hal yang dipersoalkan anggota DPR lain di Komisi III terhadap Jaksa Agung. Apa itu? Tak sedikit yang tak berbahasa Indonesia dengan baik. Tak sedikit yang menggunakan bahasa asing. Bukan bahasa daerah. Bukan Bahasa Sunda sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional.
Kita kutipkan di sini berdasarkan laporan media. “Komisi VIII dengan solidaritas teman-teman ini keinginan teman-teman mungkin off dulu di pertemuan ini, tetap fungsi Pak Sekjen harus ada yang melapis….” Kata Diah Pitaloka.
Lalu, “Ada komunikasi buruk yang dilakukan saudara sekjen kepada salah seorang pimpinan kami, bapak Ace Hasan yang menurut saya itu offside,” ujar Muhammad Ali Ridha.
Kita meyakini, dalam rapat-rapat lain, bahasa-bahasa “aneh” seperti “offside, off” itu bertebaran di ruang sidang. Adakah itu dipersoalkan? Sama sekali tidak. Maka aneh jika ada yang menyoal jika seorang berlatar belakang Sunda menyampaikan sapaan akrab “damang” di ruang rapat.
Apa karena bahasa asing sehingga anggota DPR merasa naik gengsi kala mengucapkan? Apa jika mengucapkan “damang” tidak layak berdengung di ruang sidang? Padahal, “damang” adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara.
Jika alur berpikir Arteria diteruskan, maka tentu akan ada pernyataan –bisa jadi dari masyarakat: “Ganti itu anggota DPR, Pak!” Toh, substansi yang dipersoalkan sama, maka jalan keluarnya pun bisa sama.
Ah, tapi sebaiknya kita rakyat tidak usahlah mengikuti cara-cara seperti itu. Tak perlu kita ikut-ikutan bodoh dan vulgar.
Cukuplah kita ajukan satu permintaan kepada anggota DPR: suarakan keinginan rakyat, jangan hanya suara partai politik. (*)
Inilah Koran merupakan media cetak yang terbit di Kota Bandung sejak 10 November 2011. Lahir dengan mengusung semangat Jurnalisme Positif, Inilah Koran bertekad untuk mengembalikan peran dan fungsi media sebagai sarana informasi, edukasi dan inspirasi. Inilah Koran juga bertekad menjadi koran nasional yang terbit dari Bandung dengan tagline "Dari Bandung untuk Indonesia".
Anda tidak bisa membeli publikasi, melakukan pendaftaran melalui aplikasi, klaim vocuher melalui aplikasi. Pembelian, pendaftaran dan klaim vocuher dapat dilakukan melalui website.