Tampilkan di aplikasi

Apakah obat harus diminum seumur hidup?

Majalah Intisari - Edisi 678
1 Maret 2019

Majalah Intisari - Edisi 678

Obat memiliki keuntungan dan efek samping yang perlu diperhatikan.

Intisari
Pertanyaan paling sering dita nyakan khalayak ihwal obat, apakah obat perlu diminum seumur hidup? “Saya mengidap hipertensi, Dok. Kata Dokter obatnya harus diminum seumur hidup. Saya jadi khawatir. Apakah efek samping obat tidak buruk pengaruhnya pada tubuh? Apakah obatnya memang harus diminum terus?”

Tidak semua obat menyembuhkan. Ada obat simtomatik, yakni yang meredakan keluhan dan gejala, sedangkan kita juga mengenal obat yang memang membasmi penyakit. Dokter menulis resep untuk kedua tujuan itu, meredakan keluhan dan gejala selain yang untuk meniadakan penyakit.

Orang flu ada demam, pilek, dan batuk. Untuk keluhan dan gejala flu dokter menuliskan resep peredanya, antidemam sekaligus anti nyeri kepala, antipilek, dan antibatuk. Namun obat simtomatik tidak menghilangkan sumber penyakitnya, yakni virus. Virus flu dilawan oleh kekuatan tubuh sendiri.

Walau minum obat antiflu seberapa lama pun kalau kekebalan tubuhnya jelek, flu tak kunjung menyembuh juga. Bukan karena obat dari resep dokternya tidak tepat, melainkan virus flu memang tidak ada obatnya. Yang salah, kondisi tubuh pasien yang lemah. Karena itulah pasien flu seharusnya beristirahat dan tidak boleh masuk kerja, atau pergi sekolah.

Dalam mengobati, selain obat simtomatik pereda keluhan dan gejala, lebih baik dokter memberikan obat untuk meniadakan penyebab penyakitnya. Obat ini sebetulnya yang lebih diperlukan pasien. Dengan atau tanpa obat simtomatik, pasien akan sembuh juga kalau obat yang menembak penyebab penyakitnya jitu.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI