Tampilkan di aplikasi

Buku Jejak Pustaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Selepas Musim Menjauh

1 Pembaca
Rp 57.500 17%
Rp 48.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 144.000 13%
Rp 41.600 /orang
Rp 124.800

5 Pembaca
Rp 240.000 20%
Rp 38.400 /orang
Rp 192.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Selepas Musim Menjauh adalah puisi-puisi yang dihimpun oleh Ahmad Sultoni, penyair sekaligus dosen, yang peka terdapat kerinduan atau hasrat kepada tempat dan waktu yang telah hilang, yang telah berlalu. Banyak yang kini menjadi kenangan; sawah, jalan, gedung-gedung, dan rumah. Semuanya terjadi di kampung halaman yang telah terjamah teknologi, ‘digerogoti’ modernisasi. Puisi-puisinya bernada ratapan atas transformasi yang terjadi dari masyarakat rural (desa, alami, damai) ke masyarakat industrial.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ahmad Sultoni

Penerbit: Jejak Pustaka
ISBN: 9786236424599
Terbit: Agustus 2021 , 105 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Selepas Musim Menjauh adalah puisi-puisi yang dihimpun oleh Ahmad Sultoni, penyair sekaligus dosen, yang peka terdapat kerinduan atau hasrat kepada tempat dan waktu yang telah hilang, yang telah berlalu. Banyak yang kini menjadi kenangan; sawah, jalan, gedung-gedung, dan rumah. Semuanya terjadi di kampung halaman yang telah terjamah teknologi, ‘digerogoti’ modernisasi. Puisi-puisinya bernada ratapan atas transformasi yang terjadi dari masyarakat rural (desa, alami, damai) ke masyarakat industrial.

Pendahuluan / Prolog

Selepas Musim Menjauh
Selepas Musim Menjauh adalah puisi-puisi yang dihimpun oleh Ahmad Sultoni, penyair sekaligus dosen, yang peka terdapat kerinduan atau hasrat kepada tempat dan waktu yang telah hilang, yang telah berlalu. Banyak yang kini menjadi kenangan; sawah, jalan, gedung-gedung, dan rumah. Semuanya terjadi di kampung halaman yang telah terjamah teknologi, ‘digerogoti’ modernisasi. Puisi-puisinya bernada ratapan atas transformasi yang terjadi dari masyarakat rural (desa, alami, damai) ke masyarakat industrial.

Penulis

Ahmad Sultoni -

Ahmad Sultoni, lahir di Cilacap 31 Agustus 1991. Staf Pengajar di Institut Teknologi Telkom Purwokerto. Jenjang sarjana ia tempuh di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UM Purwokerto. Program Magister ditempuh di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UNS. Ia saat ini tengah menyelesaikan studinya di Program Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia UNS. Bersama anak-anak muda Banyumas Raya menghidupi Komunitas Penyair Institute (KPI) Purwokerto. Sejumlah tulisannya termuat di beberapa media massa, antara lain: Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Tribun Jateng, Merah Putih Pos, Analisa Medan, Harian Rakyat Sultra, Radar Banyumas, Satelite Post, Majalah Frasa, Minggu Pagi, Majalah Kita, Metro Riau, Buletin Imla, Majalah Ancas, Warta Bahari, Banjarmasin post, Majalah Candra, Harian Fajar, Biem.co, dll. Buku puisi anaknya yang belum lama terbit berjudul Dongeng Pohon Pisang (Gambang, 2019). Saat ini berdomisili di Adipala, Cilacap, Jawa Tengah. Ia bisa disapa melalui instagram: @a.su_ltoni dan fesbuk: Ahmad Sultoni.

Daftar Isi

Cover
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Hujan Asam
Hari Yang Tak Bermusim
Pasukan Domba
Percakapan Kecil
Bahasa Alam
Warna Sore di Ujung Pohon Mahoni
Jalanan Kampung
Laut
Sepertiga Rahasia
Kampung Halaman
April
Penyair
Hujan di Kotaku
Kota Api
Silsilah Kata
Abad Kata
Menjumpaimu di Senja Yang Kabut
Pejalan Dari Selatan
Suara Burung Yang Murung
Di Puncaknya Malam Di Kampung Kami
Mendengar Syair Mantram Gayatri
Kita Telah Menjadi Musa
Batu Bata Merah
Epik Pohon-Pohon Surga
Pohon Yang Kehilangan Usia
Kota Yang Asing
Kalender Pemikiran
Suriah Di Dada Sunyi
Cerita Malam Dari Seorang Kawan Yang Tukang Ojek
Amanah Kecil Sebuah Doa Di Sebuah Goa Pertapaan
Matahari Sore
Hujan Sore Ini
Dongeng Dari Kampung
Pertemuan
Di Sebuah Kota Saat Beranjak Malam
Pohon Yang Mengakar Di Kepala
Di Kawasan Pabrik Gula Kalibogor
Cerita Yang Lalu Tentang Pohonan Depan Rumah
Juru Tani
Berita Dunia
Berjalan Ke Barat dan Kembali Ke Timur
Desa-Desa Yang Tak Lagi Berkisah
Semasa Kecil
Tempat Yang Dirahasiakan
Epilog Kota-Kota
Kuntul
Okestra Burung Dan Ayam Di Pagi Hari
Suluk Kata
Kamus Baru
Pasar Kroya
Epilog
Warna Sore Di Ujung Pohon Mahoni
Kampung Halaman
Tentang Penulis