Tampilkan di aplikasi

Buku MNC Publishing hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kumpulan Cerpen: Sepeda Pancal

1 Pembaca
Rp 35.000 17%
Rp 29.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 87.000 13%
Rp 25.133 /orang
Rp 75.400

5 Pembaca
Rp 145.000 20%
Rp 23.200 /orang
Rp 116.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pukul 07.30 WIB, matahari tampak tertawa, melihat aku yang mengayuh sepeda agak tergesa. Biasanya, pukul 07.30 WIB aku sudah ada di kantor. Tapi hari ini aku terlambat, dan masih dalam perjalanan. Sampai di kantor, tempat parkir penuh motor. “Di mana aku berparkir?” tanya sepeda.

Aku diam saja dan menghela napas mengusir rasa lelah setelah mengayuh pedal sepeda. “Tempat parkir penuh motor, aku malu, tak ada teman untuk bicara. Biasanya mereka bicara mulukmuluk.” Sepedaku memprotes dan ingin parkir di tempat tersendiri. Karena bosan tiap hari mendengar obrolan motor-motor. Sepedaku mengisahkan bagaimana motor-motor itu dibuat bosnya hilir mudik. Bagaimana bosnya melunasi kewajiban bayar motor miliknya. Motor-motor itu sombong, sok tahu, dan ada yang bosnya berijazah sarjana tapi tak mampu mengatasi persoalan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Suyitno Ethex

Penerbit: MNC Publishing
ISBN: 9786026397171
Terbit: Januari 2022 , 101 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Pukul 07.30 WIB, matahari tampak tertawa, melihat aku yang mengayuh sepeda agak tergesa. Biasanya, pukul 07.30 WIB aku sudah ada di kantor. Tapi hari ini aku terlambat, dan masih dalam perjalanan. Sampai di kantor, tempat parkir penuh motor. “Di mana aku berparkir?” tanya sepeda.

Aku diam saja dan menghela napas mengusir rasa lelah setelah mengayuh pedal sepeda. “Tempat parkir penuh motor, aku malu, tak ada teman untuk bicara. Biasanya mereka bicara mulukmuluk.” Sepedaku memprotes dan ingin parkir di tempat tersendiri. Karena bosan tiap hari mendengar obrolan motor-motor. Sepedaku mengisahkan bagaimana motor-motor itu dibuat bosnya hilir mudik. Bagaimana bosnya melunasi kewajiban bayar motor miliknya. Motor-motor itu sombong, sok tahu, dan ada yang bosnya berijazah sarjana tapi tak mampu mengatasi persoalan.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Secarik Nostalgia Cerita Sederhana

Thak…thak…thak…irama ketukan mesin ketik mengiringi imajinasi yang saya tuangkan dalam bentuk tulisan (cerpen), dan imajinasi itu berawal dari sebuah kenyataan maupun dari apa yang pernah saya dengarkan, saya lihat, dan saya alami. Itulah secuil awal proses saya dalam dunia kepenulisan, yang harus berjibaku melawan keadaan.

Cerpen-cerpen yang terkumpul dalam buku ini saya tulis pada tahun 1993 sampai 2006, dan sebagian besar tahun 1990-an di mana pada tahun itu merupakan awal dari proses saya menulis. Pada tahun itu, setiap mengirimkan naskah, saya harus ke kantor pos, pakai prangko. Setiap cerpen yang saya kirim tak selalu dimuat, tapi saya tak pernah putus asa dan terus menulis serta mengirimkan karya.

Cerpen “Sajak Buat Ayah” yang saya tulis tahun 1993, itu merupakan kisah nyata yang sebenarnya terjadi lalu saya tambah dengan imajinasi sana-sini. Begitu dimuat, rasanya mak blong hati saya, walau honornya tak seberapa. Bahkan saya ingat, apa kata bapak saya? Karena melihat saya setiap malam menulis dan menulis. “Kamu mau jadi apa, setiap malam melek dan ngetik?” Itulah pertanyaan bapak saya almarhum, dan semoga bapak tenang di alamnya, karena telah memberikan pelajaran pada anaknya yang agak bandel ini.

Begitu tulisan saya dimuat di Koran atau majalah, dan saya dapat honor. Pertanyaan itu tak muncul lagi, bahkan bapak membiarkan saya berproses. Juga asal tahu saja, waktu itupun saya tak punya mesin ketik. Kalaupun saya bisa mengetik naskah cerpen maupun puisi, saya pinjam mesin ketik kantor sekolahan.

Mungkin cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini tak terlalu baik, bahkan sangat sederhana sekali. Alur jalan ceritanya datar-datar saja, dan tak ada konflik yang bisa memberikan isi atau nafas cerpen yang ada. Itu saya kira wajar, karena tulisan cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini merupakan awal dan atau mulai proses saya dalam dunia kepenulisan. Itulah sebabnya, sampai sakarang saya masih belajar menulis dan tak akan berhenti belajar.

Sementara itu, cerpen “Sepeda Pancal” yang saya tulis tahun 2003, merupakan pengalaman pribadi sebagai pegawai rendahan di sebuah kantor. Di mana pada waktu itu saya belum memiliki motor, masih bersepeda pancal setiap pulang pergi ke kantor. Sementara semua pegawai sudah naik motor, hanya saya yang membawa sepeda pancal. Dan saya tahu bila semua pegawai yang naik motor pada umumnya tak membeli secara chas, tapi kredit alisan nyicil setiap bulan.

Yang jelas, terkumpulnya cerpen-cerpen saya ini awalnya sebagai arsip pribadi, sebagai tanda bahwa saya punya karya walau sederhana. Dan saya tak punya keinginan untuk membuat kumpulan cerpen apalagi berupa buku. Hanya saja, waktu Mochammad Asrori dari Serikat Buku Mojokerto, tanya soal naskah lain selain puisi, saya katakan bila punya arsip (kliping) cerpen-cerpen yang pernah dimuat di Koran dan majalah. Lalu Mochammad Asrori minta dan mau mengetik ulang cerpen-cerpen saya.

Itulah sebabnya, dalam tulisan yang sederhana ini, saya tak lupa menyampaikan rasa terima kasih padanya, karena tangan dinginnya yang mau menerbitkan cerpencerpen saya dalam bentuk buku Antologi Cerpen. Tak lupa juga bagi teman-teman yang lain, yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan dorongan pada saya untuk terus berkarya. Semoga Antologi Cerpen saya ini berguna, dan bisa mewarnai dunia sastra di Mojokerto pada khususnya, Sastra Indonesia pada umumnya.

Penulis

Suyitno Ethex - Lahir dan dibesarkan di telatah Mojopahit (Mojokerto), karyanya berupa pusi, cerpen dan esai sudah dimuat di beberapa media massa, antara lain di Suara Karya, Republika, Sastra Sumbar, Media Indonesia dan lain-lain. Puisi-puisinya terkumpul dalam beberapa antologi puisi, antara lain di Temu Sastrawan di Medan, Temu Sastrawan di Kediri. Temu Sastrawan di Malaysia, Dari Sragen Memandang Indonesia (2012), Malsasa (2013), Poetry2 Flows Into The Sink Into The Getter (2013), Puisi Menolak Korupsi (Jilid, I, II, IV, V), Memo Presiden (2015), Temanten Langgit (2015), Tifa Nusantara (2014 dan 2015), Solo Dalam Puisi (2014), Lumbung Puisi (2015) dan lain-lain.

Daftar Isi

Cover
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Sajak Buat Ayah
Surat
Cinta Tertinggal di SMA
Anak Baru
Cinta di Hari Fitri
Rencana
Tidak Lulus
Piket
Jejak Cinta
Salah Sangka
Sepeda Pancal
Saweran
Pelamar Kerja
Jadul
Riwayat Penerbitan
Epilog
Biodata Penulis